Unit Pelaksana Teknis Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) NTB menyebutkan lowongan kerja menjadi barista di Timur Tengah cukup besar dan gajinya cukup menjanjikan dibandingkan dengan menjadi pekerja imigran Indonesia (PMI) buruh sawit di Malaysia.ketika pulang, mereka bisa buka usaha sendiri
"Kebutuhan tenaga kerja untuk barista di Timur Tengah cukup besar," kata Kepala BP2MI Provinsi Nusa Tenggara Barat Abri Danar Prabawa di Mataram, Minggu.
Ia mengatakan, beberapa Negara di bagian wilayah timur tengah yang banyak membutuhkan tenaga kerja barista yakni Qatar, Arab Saudi, Kuwait, dan Oman.
"Untuk Negara Malaysia tidak ada, karena mereka lebih banyak membutuhkan untuk tenaga buruh sawit," katanya.
Baca juga: Dispar Lombok Barat gelar kompetisi barista sambut WSBK Mandalika
Baca juga: Barista: Kopi Lombok berpotensi bersaing di level nasional
Menurutnya, peluang kerja di luar Negeri yang sangat menjanjikan itu tidak hanya di Malaysia, sehingga pihaknya berharap kepada masyarakat maupun pemerintah daerah untuk mendorong PMI supaya bekerja ke luar negeri itu di tempat yang risiko ringan dan hasil menjanjikan.
"Artinya ini peluang kerja yang bisa diterapkan oleh PMI ketika pulang, mereka bisa buka usaha sendiri ke depannya," katanya.
Ia mengatakan, sektor lain peluang kerja ke luar negeri yang cukup menjanjikan adalah di kapal pesiar yang saat ini masih didominasi Filipina.
"Cukup banyak peluang kerja PMI ke luar negeri itu selain ke Malaysia," katanya.
Baca juga: Indonesia adakan lomba barista pada festival kopi Mesir
Menurutnya, peluang kerja di luar Negeri yang sangat menjanjikan itu tidak hanya di Malaysia, sehingga pihaknya berharap kepada masyarakat maupun pemerintah daerah untuk mendorong PMI supaya bekerja ke luar negeri itu di tempat yang risiko ringan dan hasil menjanjikan.
"Artinya ini peluang kerja yang bisa diterapkan oleh PMI ketika pulang, mereka bisa buka usaha sendiri ke depannya," katanya.
Ia mengatakan, sektor lain peluang kerja ke luar negeri yang cukup menjanjikan adalah di kapal pesiar yang saat ini masih didominasi Filipina.
"Cukup banyak peluang kerja PMI ke luar negeri itu selain ke Malaysia," katanya.
Baca juga: Indonesia adakan lomba barista pada festival kopi Mesir
Baca juga: 106 anak Panti Sosial Jabar dapat sertifikat kompetensi barista
Oleh sebab itu, diharapkan adanya peningkatan kompetensi kepada PMI yang akan bekerja di luar negeri sebelum mereka diberangkatkan sesuai dengan kemampuan mereka.
"Kenapa tidak mereka kita latih menjadi barista, masak, sehingga memiliki keterampilan ketika bekerja di luar negeri. Tidak hanya mereka dijadikan buruh sawit yang risikonya cukup besar," katanya.
Ia mengatakan, dengan adanya sektor peluang kerja seperti barista, kapal pesiar dan perhotelan tersebut diharapkan akan bisa mengurangi pengiriman PMI secara ilegal ke Malaysia meskipun butuh proses yang cukup lama. Namun, semua itu untuk kebaikan PMI dan keselamatan para warga Indonesia.
"Kalau kita jadi ilegal yang untung itu adalah negara tempat mereka bekerja, ketika ada masalah, tidak bisa diberikan jaminan kesehatan," katanya.
Baca juga: Pemkot Bandung ingin dongkrak ekspor kopi melalui kualitas barista
Oleh sebab itu, diharapkan adanya peningkatan kompetensi kepada PMI yang akan bekerja di luar negeri sebelum mereka diberangkatkan sesuai dengan kemampuan mereka.
"Kenapa tidak mereka kita latih menjadi barista, masak, sehingga memiliki keterampilan ketika bekerja di luar negeri. Tidak hanya mereka dijadikan buruh sawit yang risikonya cukup besar," katanya.
Ia mengatakan, dengan adanya sektor peluang kerja seperti barista, kapal pesiar dan perhotelan tersebut diharapkan akan bisa mengurangi pengiriman PMI secara ilegal ke Malaysia meskipun butuh proses yang cukup lama. Namun, semua itu untuk kebaikan PMI dan keselamatan para warga Indonesia.
"Kalau kita jadi ilegal yang untung itu adalah negara tempat mereka bekerja, ketika ada masalah, tidak bisa diberikan jaminan kesehatan," katanya.
Baca juga: Pemkot Bandung ingin dongkrak ekspor kopi melalui kualitas barista
Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022