Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berharap Think 20 (T20) yang merupakan forum kerja sama lembaga think tanks dan penelitian dari seluruh negara anggota G20, dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan sesuai tiga prioritas presidensi Indonesia tahun ini.
“Kami membutuhkan bantuan T20 untuk membuat kepemimpinan Indonesia berdampak dan relevan bagi dunia, khususnya untuk negara-negara berkembang,” kata Retno ketika menyampaikan sambutan dalam T20 Inception Conference yang berlangsung secara virtual pada Rabu malam.
Sebagai forum yang terbuka dan independen, T20 diharapkan mampu menawarkan solusi yang berani dan inovatif untuk menjawab tantangan global, kata Retno, khususnya tiga isu yang dijadikan prioritas oleh Indonesia selama masa presidensi G20.
Pertama, terkait penguatan arsitektur kesehatan global, Retno menyoroti perlunya tindakan segera untuk menutup kesenjangan vaksinasi global dengan mempromosikan kesetaraan dan mempercepat pembuatan serta pengiriman vaksin ke seluruh dunia.
Dalam hal ini, T20 diminta memberikan saran tentang bagaimana G20 dapat berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas kesehatan lokal seperti merancang sistem peringatan dini yang efektif, melatih tenaga kerja kesehatan, dan mempromosikan kemandirian obat-obatan dan peralatan medis.
“Di tingkat global, kami bekerja untuk melihat bagaimana G20 dapat meningkatkan dukungan pembiayaan kesehatan untuk negara-negara berkembang, mengembangkan kerangka kerja internasional untuk pengadaan, pengumpulan, dan distribusi obat-obatan dan peralatan medis, serta meningkatkan partisipasi negara-negara berkembang dalam rantai pasokan kesehatan global,” tutur Retno.
Kedua, mengenai transformasi digital, Indonesia berharap kebijakan yang diusulkan T20 bisa menjembatani kesenjangan digital di dalam dan antarnegara mengingat banyak orang dan negara terus dirugikan karena kurangnya infrastruktur digital yang terjangkau dan andal.
Retno berharap dapat mendengar rekomendasi tentang bagaimana G20 dapat mempercepat akses dan inklusi digital di negara berkembang, menghasilkan peluang investasi di sektor telekomunikasi, informasi, dan komunikasi di negara berkembang serta membantu negara berkembang memanfaatkan peluang ekonomi yang disediakan oleh transformasi digital dengan lebih baik.
Ketiga, T20 diharapkan ikut memastikan transisi energi dapat dicapai oleh semua, sebagai langkah penting menuju ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
“Transisi tersebut juga akan memberikan kesempatan bagi negara-negara untuk merangkul pertumbuhan yang berkelanjutan dan mengatasi perubahan iklim,” kata Retno.
Sayangnya, ia melanjutkan, banyak negara tidak mampu menanggung biaya transisi semacam itu.
Oleh karena itu, Retno mengundang T20 untuk mengidentifikasi bagaimana G20 dapat mempromosikan akses ke teknologi hijau yang terjangkau, membantu negara-negara berkembang melangkah ke pembiayaan inovatif untuk transisi energi, dan mengurangi dampak transisi energi yang tak terhindarkan pada mereka yang mengandalkan sumber energi saat ini untuk mata pencaharian.
T20, yang terdiri dari think tank dan komunitas peneliti, memiliki peran penting bagi pemulihan global dengan melahirkan gagasan konkret dan rekomendasi kebijakan yang tepat sasaran bagi para pemimpin G20.
T20 Inception Conference merupakan pertemuan pertama dari rangkaian kegiatan T20 di bawah Presidensi G20 Indonesia.
Pertemuan awal ini dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Managing Director Bank Dunia Mari Elka Pangestu, Profesor Jeffrey Sachs dari Columbia University, serta Profesor Bambang Brodjonegoro selaku Co-Chair T20. Nantinya puncak pertemuan adalah T20 Summit yang dilaksanakan pada September mendatang di Yogyakarta.
Baca juga: T20 Indonesia: Restorasi rantai pasokan penting untuk pulihkan ekonomi
Baca juga: Indonesia berperan aktif dalam pertemuan T20
Baca juga: Bambang Brodjonegoro: Skema blended financing selesaikan pembangunan
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022