Smart dryer dibangun dalam rumah kaca kurang lebih seluas 5x8 meter dengan kapasitas tanaman obat sebanyak 600 kilogram.
"Pengeringan tanaman obat merupakan proses utama dalam menghasilkan simplisia tanaman obat, yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan kadar air dan memperpanjang masa simpan," kata Pelaksana tugas Kepala Kantor Pusat Teknologi Agroindustri Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi BRIN Arief Ariyanto dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai bahan pembuatan obat yang belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut.
Arief menuturkan pengeringan yang berlebihan dapat menyebabkan senyawa aktif di dalam simplisia berkurang atau bahkan hilang.
Baca juga: BRIN kembangkan aplikasi AI temukan kandidat senyawa obat
Baca juga: BRIN: Perlu teknologi pengelolaan limbah obat-obatan yang lebih baik
Sedangkan, pengeringan yang tidak sempurna menyebabkan tidak tercapainya syarat kadar air simplisia yakni kurang dari 10 persen, yang mengakibatkan tumbuhnya mikroba dan jamur yang merusak produk.
Di Indonesia, proses pengeringan tanaman obat masih dilakukan dengan cara menjemur tanaman obat di lahan kosong. Area tersebut disinari oleh sinar matahari sehingga rawan terkontaminasi dan terpapar sinar ultra violet secara langsung.
"Sangat besar kemungkinan panasnya berlebih sehingga mengakibatkan berkurangnya senyawa aktif," ujar Arief.
Arief mengatakan karena pentingnya tahap pengeringan dalam memproses tanaman obat menjadi obat, maka diperlukan dilakukan riset lebih lanjut untuk pengaplikasian yang lebih tepat.
Teknologi smart drying sudah dikembangkan sejak 2012 oleh Kementerian Kesehatan di mana pengering tipe satu dibuat.
Selanjutnya pada 2021, tipe dua dikembangkan dengan fitur unggulnya, di mana tipe tersebut dapat membuat suhu dan kelembapan tetap stabil sesuai dengan pengaturan yang diinginkan, juga terdapat panas tambahan yang berasal dari gas.
Teknologi smart drying telah diaplikasikan di empat tempat yang terletak di beberapa lokasi Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO), yaitu Pekalongan dan Tegal di Jawa Tengah, Malang di Jawa Timur dan Tabanan di Bali.
Ke depannya teknologi tersebut akan diperbarui dengan penambahan pengaturan perpustakaan (setting library) dan optimalisasi pada posisi blower agar panas yang dihasilkan merata.
Baca juga: Organisasi Riset BRIN lakukan riset bahan baku obat hingga implan gigi
Baca juga: BRIN fasilitasi hasil riset vaksin-obat ke industri capai kemandirian
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022