• Beranda
  • Berita
  • 68 persen kasus kematian dialami pasien belum divaksin

68 persen kasus kematian dialami pasien belum divaksin

14 Februari 2022 22:23 WIB
68 persen kasus kematian dialami pasien belum divaksin
Tangkapan layar laporan kematian akibat COVID-19. (ANTARA/HO-Kemenkes).
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi melaporkan 68 persen kasus meninggal dunia akibat COVID-19 dialami pasien yang belum memperoleh vaksinasi dosis lengkap.

"Dari data 1.090 pasien yang meninggal hingga Minggu (13/2), 68 persen di antaranya belum divaksinasi lengkap, 76 persen usianya lebih dari 45 tahun, 49 persen masuk golongan lanjut usia, dan 48 persen memiliki komorbid," kata Siti Nadia Tarmizi melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin malam.

Nadia mengatakan vaksinasi lengkap dua dosis menjadi salah satu upaya mencegah pasien untuk penderita gejala berat hingga risiko kematian akibat terinfeksi COVID-19.

Baca juga: Menkes: Vaksinasi upaya cegah kematian akibat COVID-19

“Kembali kami mengimbau masyarakat, termasuk anak-anak dan kelompok lanjut usia, untuk segera melengkapi vaksinasi karena vaksinasi telah terbukti mampu melindungi kita dari risiko gejala berat hingga kematian akibat terpapar COVID-19. Tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mau divaksinasi melihat data-data yang ada,” ujarnya.

Ia mengatakan kasus COVID-19 di Indonesia saat ini telah didominasi kasus Omicron. Namun bila kasus kematian tersebut dibandingkan dengan situasi saat gelombang kedua Juli-Agustus 2021 yang didominasi varian Delta, kata Nadia, jumlah kasusnya masih sangat jauh.

"Hari ini kasus meninggal harian mencapai 145 jiwa per hari, jauh dibandingkan puncak Delta yang menyentuh angka 1.800 jiwa per hari," katanya.

Nadia mengatakan penguatan pelayanan kesehatan terus termasuk percepatan laju vaksinasi, testing dan tracing untuk menekan laju kasus. Dari sisi kapasitas rumah sakit, per hari ini pukul 18.30 WIB, pasien yang dirawat ada di 32 persen dari total ketersediaan tempat tidur dan isolasi.

"Artinya, rumah sakit kita masih memiliki kapasitas yang sangat baik untuk menampung pasien COVID-19. Angka ini baru sementara dan kapasitas ini masih dapat terus ditingkatkan jika memang diperlukan,” ujarnya.

Baca juga: 356 ribu dosis vaksin COVID-19 di Sumut kedaluarsa

Sampai Minggu (13/2), Kemenkes telah melakukan tes spesimen mencapai 451.040 dan rata-rata tes spesimen tujuh pekan terakhir mencapai 410.846. Selain itu kesediaan oksigen di rumah sakit di 10 Provinsi dengan peningkatan kasus tertinggi masih di atas 48 jam.

Total oksigen konsentrator di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sumatera Utara, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Papua mencapai 10.326 unit. Sedangkan jumlah oksigen generator mencapai total 65 unit.

Kesiapan tenaga kesehatan juga terus ditingkatkan. Kekurangan tenaga kesehatan yang masih dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan melalui pengaturan SDM sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan.

Kemenkes mengimbau agar pasien tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan agar melakukan isolasi mandiri di rumah atau di tempat isolasi terpusat yang disediakan pemerintah. Hal tersebut diharapkan mampu meringankan beban rumah sakit hingga 70 persen. Dengan begitu pasien sedang hingga kritis bisa ditangani secara terfokus.

“Sejak adanya perbaikan layanan pengantaran obat bagi pasien isoman yang berkonsultasi melalui platform telemedisin, 85 persen paket obat Kemenkes kini sudah bisa sampai maksimal H+1 sejak pemesanan dilakukan,” ujarnya.

Nadia berharap perbaikan layanan tersebut membuat masyarakat semakin tenang untuk melakukan isolasi mandiri dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan di rumah masing-masing.

Baca juga: Penerima vaksin COVID-19 dosis kedua bertambah 47.353 jiwa pada Senin

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022