Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menerima sejumlah pimpinan Bank Dunia (World Bank) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, dengan agenda pembahasan mengenai pandemi COVID-19, mekanisme transisi energi, Presidensi G20 Indonesia, hingga isu-isu di kawasan.
"Area yang dibicarakan tadi sedikit mengenai COVID-19, energy transition mechanism (mekanisme transisi energi), terus kemudian juga tadi bicara menyangkut masalah mangrove, bicara tadi ibu kota, sangat luas pembicaraan tadi, dan juga bicara mengenai sampai pada Myanmar juga," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.
PImpinan Bank Dunia yang hadir dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi adalah Managing Director of Operations Bank Dunia Axel Van Trotsenburg, Vice President East Asia and Pasific Region Bank Dunia Manuela V. Ferro, serta Country Director Bank Dunia di Indonesia Satu Kahkonen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang turut mendampingi Presiden, menjelaskan bahwa Bank Dunia memberikan dukungannya terhadap agenda-agenda G20 di Indonesia.
Menurut Sri, kepemimpinan Indonesia pada G20, yang didukung oleh dunia internasional, memegang peranan penting dalam upaya pemulihan ekonomi global selepas pandemi.
"Banyak negara yang masih tertinggal dan itu tentu perlu mendapatkan perhatian agar tema Indonesia 'Recover Together, Recover Stronger' itu bisa betul-betul terjadi di mana kepemimpinan Indonesia dan melalui dukungan dari G20, serta lembaga-lembaga internasional bisa memberikan perhatian kepada negara-negara yang masih belum bisa pulih," tutur Sri Mulyani.
Dukungan dari G20 dan lembaga-lembaga internasional, kata Sri, bisa berupa upaya pemerataan akses vaksin, maupun pemulihan ekonomi terutama di negara-negara berpendapatan rendah.
"Itu menjadi suatu tantangan yang luar biasa. Jadi ini adalah salah satu pembahasan untuk G20, Bank Dunia akan mendukung dan tentu kepemimpinan Indonesia penting," ujar Sri.
Selain itu, dalam perbincangan juga dibahas mengenai bagaimana Indonesia bisa menjadi contoh penerapan transisi energi, komitmen untuk melaksanakan Perjanjian Paris, hingga menurunkan karbon sesuai dengan nationally determined contribution (NDC) Indonesia.
Baca juga: Menteri Arifin paparkan peta jalan transisi energi RI ke Bank Dunia
Baca juga: Bank Dunia: G20 harus persiapkan diri untuk pandemi selanjutnya
Namun, Sri Mulyani melanjutkan, untuk mencapai ambisi emisi bersih di dunia, Indonesia memerlukan dukungan internasional terutama dalam hal pendanaan dan kerangka kebijakan.
"Dalam hal ini tadi pembahasannya sangat konkret karena Indonesia sudah punya sekarang mekanisme untuk membentuk harga karbon, pasar karbon, pajak karbon, dan Indonesia juga membangun energi terbarukan yang cukup banyak. Bagaimana ini nanti akan dibawa di dalam forum internasional,” ujarnya..
Presiden Jokowi, kata Sri Mulyani, dalam pertemuan dengan Bank Dunia, menekankan bahwa komitmen Indonesia sangat kuat, dan Indonesia tidak ingin hanya bicara saja.
Selain itu, pembicaraan dengan Bank Dunia juga membahas mengenai ketahanan pangan global.
Menurut Sri, Presiden Jokowi menyampaikan perhatiannya mengenai tren kenaikan harga pangan dunia yang bisa mengancam pemulihan ekonomi dunia.
"Bapak Presiden sangat ingin bahwa pemulihan ekonomi dunia itu tidak terdisrupsi karena kenaikan harga, terutama harga pangan, yang tentu akan sangat membebani masyarakat. Oleh karena itu, perlu suatu kesepakatan global mengenai hal itu," ungkapnya.
Dalam bidang lingkungan, Bank Dunia juga memberikan dukungan untuk program penanaman kembali mangrove di Indonesia. Menurut Sri, program tersebut bisa menjadi salah satu contoh upaya Indonesia dalam penanganan dampak perubahan iklim.
Baca juga: Pemerintah tingkatkan kolaborasi dengan Bank Dunia perkuat ekonomi
"Juga dari sisi kemampuan untuk menjaga hutan kita tidak terjadi kebakaran selama tiga tahun ini yang tentu akan sangat berbeda sekali dengan situasi di berbagai negara yang sedang menghadapi kebakaran hutan," kata Sri Mulyani.
Di samping itu, dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai beberapa isu kawasan seperti situasi di Myanmar dan masalah kemanusiaan di Afghanistan. Presiden Jokowi menaruh perhatian besar terhadap isu kemanusiaan di dua negara tersebut.
"Masalah kemanusiaan dari penduduk di dua negara tersebut tentu menjadi perhatian bagi seluruh dunia," ucap Menkeu.
Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022