Program mendorong penggunaan kompor listrik perlu fokus ke pelanggan 2.200 VA sehingga tidak perlu berbelit menaikkan daya listriknya, kata Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto.Ini harus dihitung betul efisiensi dan tingkat keekonomiannya. Apalagi ketika kita akan menggunakan instrumen APBN dengan merelokasi subsidi LPG yang ada
"Terkait kompor listrik ini, sebaiknya PLN fokus pada pelanggan dengan daya 2.200 VA atau lebih, yang sekarang ini masih menggunakan LPG non-subsidi sehingga tidak perlu ada program penaikan daya listrik dan juga relokasi subsidi LPG," kata Mulyanto dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Menurut Mulyanto, program PLN untuk menaikkan jumlah pengguna kompor listrik dari pelanggan bersubsidinya sebanyak 8,5 juta di tahun 2024 menjadi 18,2 juta rumah tangga di tahun 2030 sebaiknya dikaji ulang.
Hal tersebut, kata dia, karena program itu dinilai implementasinya berbelit-belit akibat PLN terlebih dahulu harus menaikkan daya listrik pelanggan bersubsidinya.
"Usulan program kompor listrik ini terkesan ribet dan bertele-tele. Karena yang ditarget adalah pelanggan listrik bersubsidi dengan daya 450 VA dan 900 VA, yang terlebih dahulu harus dinaikkan daya listriknya menjadi 2.200 VA," katanya.
Baca juga: Program kompor induksi berpotensi serap listrik 13 gigawatt
Mulyanto mengingatkan ide konversi penggunaan gas LPG ke sumber energi lain untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG sekaligus mengurangi defisit transaksi berjalan sektor migas dan menghemat devisa negara adalah langkah yang baik.
Ia juga mengemukakan program ini sangat kondisional karena saat PLN masih surplus listrik, seperti sekarang, mungkin masih dinilai relevan. Namun, lanjutnya, bila terjadi lonjakan kebutuhan listrik pasca pandemi COVID-19, maka logika kompor listrik ini sulit dipertahankan.
Mulyanto minta pemerintah mengkaji secara mendalam dan komprehensif, program yang lebih optimal dalam rangka konversi LPG, apakah dengan menggunakan kompor listrik, DME (dimethil ether) atau jargas (gas alam).
“Ini harus dihitung betul efisiensi dan tingkat keekonomiannya. Apalagi ketika kita akan menggunakan instrumen APBN dengan merelokasi subsidi LPG yang ada. Secara kasar program jargas nampaknya lebih efisien, karena langsung berbasis pada sumber energi primer, ketimbang kompor listrik atau DME yang merupakan produk hasil pengolahan sumber energi primer,” imbuhnya.
Untuk diketahui bahwa penggunaan kompor listrik ini membutuhkan daya sebesar 2.200 VA. Data tahun 2021 Mayoritas pelanggan listrik PLN sebanyak 37,6 juta adalah pelanggan berdaya listrik 450 VA dan 900 VA atau listrik bersubsidi. Proses kenaikan daya listrik tersebut akan difasilitasi oleh PLN tanpa membebani pelanggan dengan kenaikan tarif listrik. PLN juga akan memberikan paket kompor listrik dan utensilnya secara gratis.
Baca juga: PLN beri diskon tambah daya, asal pelanggan beli kompor induksi
Baca juga: PLN sebut kompor listrik membuat subsidi energi lebih tepat sasaran
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022