• Beranda
  • Berita
  • Ketua ICMI berbagi kiat hadapi tiga disrupsi di Unismuh

Ketua ICMI berbagi kiat hadapi tiga disrupsi di Unismuh

17 Februari 2022 16:06 WIB
Ketua ICMI berbagi kiat hadapi tiga disrupsi di Unismuh
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat Prof Dr Arif Satria (masker putih) menerima cendramata dari Civitas Akademika Unismuh di Makassar, Kamis,(17/2/2022). ANTARA/HO-Unismuh

“...semua menyaksikan urgensi bagaimana adaptasi dan mitigasi perubahan iklim berdampak besar ke pertanian, kesehatan, sosial dan energi, dan lainnya”

Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat Prof Dr Arif Satria berbagi kiat dalam menghadapi tiga mega disrupsi dalam kuliah umum di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Kamis.

Arif Satria mengatakan, saat ini dunia sedang mengalami tiga mega disrupsi yakni perubahan iklim, revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19.

“Perubahan iklim sudah kita rasakan dan sudah semua menyaksikan urgensi bagaimana adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, berdampak besar ke pertanian, kesehatan, sosial dan energi, dan lainnya,” ujarnya.

Sedangkan revolusi industri 4.0 ditandai dengan banyaknya teknologi baru yang berdampak ke dunia bisnis, prilaku individu, dunia pendidikan dan lain sebagainya. Saat ini, setiap individu harus bisa beradaptasi dan menguasai kemampuan atau keahlian baru.

Sedangkan pandemi COVID-19 mengubah kehidupan sosial, gaya hidup, kepedulian kesehatan meningkat, perlambatan ekonomi, dampak ke pendidikan hingga ekologi.

Rektor IPB ini menjelaskan, dampak pandemi ke ekologi nyata, aktivitas masyarakat menurun, aktivitas energi, industri menurun sehingga tingkat emisi CO2 menurun.
Baca juga: Presiden yakin ICMI akan temukan strategi baru hadapi perubahan cepat
Baca juga: Jokowi: Kontribusi ICMI dalam transformasi Indonesia dibutuhkan


"Ini memberi dampak positif ke lingkungan hidup, beri efek positif terhadap beban konsumsi bahan bakar, tapi kebutuhan air meningkat, listrik meningkat. Artinya ada urgensi memperkuat sistem pangan dan kebutuhan mineral,” katanya.

Ketiga disrupsi atau perubahan besar tersebut, lanjut Prof Arief Satria, membawa implikasi terhadap kondisi new normal di dunia Pendidikan. Perubahan iklim membuat dunia Pendidikan mesti mengajarkan tentang Literasi Hijau (Green Literacy), Gaya Hidup Hijau (Green Lifestyle) dan Inovasi Hijau.

Revoluasi industri, lanjutnya, membuat dunia pendidikan mesti mengajarkan literasi digital (Digital Literacy), keterampilan masa depan (Future Skills), pembelajaran cerdas (Smart Learning) dan Inovasi Disruptif (Disruptive Innovation).

Sementara disrupsi pandemi COVID-19, membuat dunia pendidikan harus menanamkan literasi Kesehatan, fleksibiltas, Pendidikan induktif, merdeka belajar, dan solidaritas sosial.

“Indonesia ini salah satu negara yang masyarakatnya paling dermawan di dunia. Itu salah satu modal sosial kita menghadapi COVID-19,” katanya.

Prof Arief Satria dalam kunjungannya hari ini merasa datang ke rumah sendiri. Ia merupakan alumni SMA Muhammadiyah Pekajangan, dan menjadi Pengurus Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah pada era kepemimpinan Prof Din Syamsuddin.

“Saya turut terlibat memberikan masukan dalam penyusunan konsep Indonesia Berkemajuan, bersama Pak Din Syamsuddin, Pak Haedar Nashir, dan tokoh-tokoh PP Muhammadiyah lainnya,” jelasnya.
Baca juga: Arif Satria: ICMI harus besar dengan gagasan

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022