"Mohon maaf, bila diperkenankan Surabaya dan seluruh warga di daerah ini siap menjadi tuan rumah satu abad NU pada tahun mendatang," kata Wali Kota Eri Cahyadi saat menghadiri Napak Tilas Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) di Surabaya, Kamis.
Baca juga: "Satu Abad" NU dalam pusaran "jamaah digital"
Acara tersebut dihadiri Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU K.H. Saifullah Yusuf, Bendahara PBNU Mardani Maming, Ketua PBNU Alissa Wahid, jajaran PBNU lainnya serta Ketua PCNU Surabaya K.H. Ahmad Muhibbin Zuhri.
NU didirikan oleh para ulama di bawah kepemimpinan K.H. Hasyim Asyari pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 di Surabaya. Pada 22 Oktober 1945, terjadi peristiwa bersejarah kala "Resolusi Jihad" dicetuskan K.H. Hasyim Asy'ari di Surabaya, tepatnya di HBNO Surabaya. Dari sana semakin berkobar semangat nasionalisme melawan penjajah.
"Sebagai arek Suroboyo, kami sangat bangga karena kota ini memiliki keterkaitan yang erat dengan NU. NU dan Surabaya itu satu bagian yang tidak terpisahkan," ujarnya.
Selain siap menjadi tuan rumah peringatan satu abad NU, Eri Cahyadi juga meminta izin untuk menjadikan HBNO yang kini menjadi kantor PCNU Surabaya sebagai museum yang berisikan sejarah perkembangan NU, termasuk di dalamnya penerapan teknologi dalam berbagai syiar NU.
"Sehingga, anak-anak muda tahu bahwa sejak awal NU telah berada di garda depan untuk merebut kemerdekaan. Kini NU di bawah kepemimpinan K.H. Miftachul Akhyar dan K.H. Yahya Cholil Staquf selalu konsisten memberdayakan umat dan menjaga NKRI," ujarnya.
Baca juga: PKB menggelar diskusi jelang satu abad NU
Baca juga: PBNU siapkan "PKPNU YouTuber-Blogger" untuk "Generasi NU Abad Kedua"
Eri Cahyadi mengaku bangga dengan visi kepemimpinan K.H. Miftachul Akhyar dan K.H. Yahya Cholil Staquf yang kini sangat getol melakukan pemberdayaan umat dan memacu digitalisasi di setiap sendi kehidupan kaum Nahdliyin.
"Menyongsong 100 tahun Nahdlatul Ulama, betapa pesatnya perkembangan NU. Anak-anak muda NU tidak hanya cakap ilmu agama, tidak hanya menguasai kitab kuning, tidak hanya ahli wirid, tidak hanya pro NKRI, tetapi juga aktif berwirausaha, berkegiatan sosial, dan menguasai teknologi informasi," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022