• Beranda
  • Berita
  • Suryacipta targetkan punya 10 jaringan optik pada 2022

Suryacipta targetkan punya 10 jaringan optik pada 2022

17 Februari 2022 22:45 WIB
Suryacipta targetkan punya 10 jaringan optik pada 2022
ilustrasi - Sejumlah pekerja memasang jaringan kabel fiber optik di Pertamina Mandalika International Street Circuit di KEK Mandalika, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Jumat (5/11/2021). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww. (ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI)
Perusahaan pengembang kawasan industri PT Suryacipta menargetkan ada 10 jaringan fiber optik dari internet service provider (ISP) pada tahun ini guna menunjang pertumbuhan bisnis pusat data.

"Hingga akhir tahun 2022, kami akan memiliki sekitar 10 ISP untuk mendukung aktivitas tenant," kata Kepala Hubungan Penjualan dan Penyewaan Suryacipta Binawati Dewi dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Saat ini Suryacipta telah membuka lima jalur masuk fiber optik ke dalam kawasan dan tiap jalur akan menyokong satu sama lain guna meminimalisir kemungkinan terputusnya konektivitas.

Selain bekerja sama dengan lima ISP, perusahaan juga telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan XL Axiata pada Agustus 2021 untuk memberikan pilihan, tidak hanya untuk pusat data tetapi juga untuk tenant manufaktur.

"Kami sedang dalam tahap diskusi dengan tiga ISP lain yang ingin bekerja sama dengan kami," ujar Dewi.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa perusahaan sedang mentargetkan lebih dari lima pusat data di kawasan industrinya, salah satu pusat data sudah akan mulai beroperasi.


Baca juga: Telkom Indonesia dorong Mitratel kembangkan bisnis fiber optik


Sejak pandemi melanda dunia pada tahun 2020, kata Dewi, pusat data mengalami perkembangan yang signifikan akibat lonjakan pengguna internet, e-commerce, media sosial dan lainnya.

Masyarakat Indonesia dikenal cepat dalam beradaptasi dengan teknologi. Riset dari beberapa media terpercaya menunjukkan berbagai indikasi yang mengkonfirmasi tren yang sedang berlangsung.

DataReportal mencatat adopsi internet di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 73,7 persen dari populasi atau lebih tinggi dari rata-rata dunia sebesar 62,5 persen.

Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dimana pada laporan sebelumnya disebutkan adopsi internet di Indonesia lima tahun lalu hanya mencapai 51 persen, sedangkan rata-rata dunia adalah 50 persen.

E-conomy SEA, program riset tahunan yang diluncurkan oleh Google dan Temasek mendokumentasikan gross merchandise value (GMV) Indonesia pada tahun 2021 merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara dengan angka mencapai 70 miliar dolar AS, diikuti oleh Thailand sebesar 30 miliar dolar AS, serta Vietnam dan Malaysia sebanyak 21 miliar dolar AS.


Baca juga: Pemerintah dukung swasta bangun jaringan fiber optik

GMV Indonesia mencatat kenaikan 49 persen jika dibandingkan dengan hasil tahun 2020 dan dengan memperkirakan compound annual growth rate sebesar 20 persen. Pada 2025, GMV itu diproyeksikan akan mencapai 146 miliar dolar AS atau sekitar 2,6 kali lipat dari pesaing terdekatnya.

Saat ini ada lebih dari 64 pusat data di tanah air yang sebagian besar berada di Jakarta.

Permintaan pusat data di daerah kian meningkat karena adanya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Sistem dan Transaksi Elektronik serta Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 yang mengklasifikasikan pusat data sebagai bagian dari sektor industri dan wajib berada di kawasan industri.

"Investasi data center menciptakan permintaan terhadap kawasan industri tertentu yang telah memenuhi standar persyaratan infrastruktur. Meski tidak banyak terdengar dan diketahui oleh publik, kami telah berhubungan dengan data center dalam beberapa tahun terakhir," ucap Dewi.


Baca juga: XL Axiata perkuat jaringan fiber hingga daerah terpencil
Baca juga: Suryacipta dukung percepatan pemanfaatan PLTS Atap di kawasan industri

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022