"Para pengembang dan agen properti lebih siap dan cukup cepat melakukan shifting dari cara berjualan yang konvensional menjadi dengan memanfaatkan berbagai media sosial dan media digital," ujar EVP Consumer Loan BCA Felicia Simon dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, hal tersebut menyebabkan angka outstanding KPR BCA padatahun 2021 pun melebihi level sebelum pandemi.
Felicia menjelaskan pertumbuhan pengajuan KPR melalui agen tak setinggi pengembang disebabkan sempat terjadinya koreksi harga properti di pasar sekunder saat pandemi melanda.
Oleh karena itu banyak transaksi penjualan rumah di pasar sekunder yang dilakukan secara tunai, bukan KPR.
Baca juga: Gelar Expoversary, BCA beri promo KPR hingga kredit kendaraan
"Biasanya kalau yang butuh uang di masa pandemi itu penjual rumahnya butuh uang, jadi pembelinya juga harus punya uang tunai," ungkap dia.
Dengan besarnya minat KPR pada tahun lalu, dirinya pun meyakini pada tahun 2022 terdapat optimisme yang sama dari para pelaku di industri properti, hingga regulator yang masih terus memperpanjang stimulus seperti relaksasi rasio Loan to Value (LTV) dan relaksasi pencairan dana properti inden.
Dari segi perpajakan, masih terdapat pula relaksasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) properti, sehingga dapat meningkatkan gairah masyarakat untuk membeli rumah baru.
"Kami optimistis di tahun 2022 ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2021. Semoga pemerintah bisa cepat berhasil menanggulangi kondisi varian Omicron sehingga aktivitas bisa kembali lagi berjalan dengan normal," tutur Felicia.
Baca juga: Kebutuhan rumah masyarakat tak surut meski pandemi masih melanda
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022