Langkah tersebut dikonfirmasi dari cuitan Kepala Kebijakan Keamanan Facebook Nathaniel Gleicher menyusul keputusan Perusahaan Induknya yaitu Meta mendirikan pusat operasi khusus untuk memantau konflik yang berlangsung di Ukraina.
Melansir Reuters, Jumat, dengan satu klik, pengguna di Ukraina dapat mengunci profil mereka untuk mencegah pengguna yang bukan teman mereka mengunduh apalagi membagikan foto profil mereka, atau melihat unggahan yang diunggah pengguna.
Baca juga: Meta hadapi gugatan akibat "facial recognition"
Selain Facebook, langkah serupa juga dilakukan oleh perusahaan media sosial lainnya yaitu Twitter.
Twitter juga ikut mengunggah berbagai kiat bagi para penggunanya di Ukraina untuk mengamankan akun mereka dari peretasan, memastikan cuitan pengguna bersifat pribadi, hingga cara menonaktifkan akun pengguna.
Facebook dan Twitter memang kerap menjadi platform media sosial yang paling sering digunakan aktivis politik hingga peneliti untuk membagikan informasi penting di masa krisis.
Tak terkecuali mengenai invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi pada Kamis (24/2) kemarin.
Ada banyak kekhawatiran yang muncul terutama terkait penyebaran disinformasi tentang konflik di media sosial.
Ketika konflik di Ukraina meningkat pada hari Kamis, pengguna media sosial menggunakan platform seperti TikTok, Snapchat dan Twitter untuk memposting video jalur evakuasi, helikopter di langit dan protes anti-perang di Rusia.
Pada aplikasi video pendek TikTok, tagar "Rusia" dan "Ukraina" masing-masing memiliki 37,2 miliar dan 8,5 miliar tampilan.
Baca juga: Lebih dekat dengan fitur Facebook Reels yang baru dirilis
Baca juga: Facebook luncurkan video pendek Reels
Baca juga: Meta didenda Rp1,2 triliun akibat pelanggaran privasi
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022