Di Indonesia, virus yang menyerang paru-paru manusia itu telah menginfeksi lebih 5,5 juta penduduk sejak awal terdeteksi di Tanah Air pada Maret 2020 lalu.
Tren kasus wabah ini terus berfluktuasi, sempat menurun drastis, namun kembali melonjak. Bahkan, virus SARS-Cov-2 penyebab COVID-19 itu juga bermutasi dengan bermacam varian seperti Alfa, Beta, Gamma, Delta hingga yang terbaru varian Omicron.
Pelbagai kebijakan telah diterapkan pemerintah untuk menekan penyebaran. Hingga kini seruan disiplin menerapkan protokol kesehatan yang ketat terus dilakukan. Termasuk menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di setiap daerah.
Di Aceh, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 terus meningkat secara signifikan setiap harinya. Kasus baru mulai melonjak sejak beberapa pekan terakhir. Bahkan, penambahan kasus baru mencapai 364 orang dalam dua hari ini.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Aceh Saifullah Abdulgani mengatakan tren peningkatan kasus baru COVID-19 patut menjadi perhatian semua pihak agar melakukan langkah antisipasi lonjakan.
“Tren kasus harian terus meningkat ini menunjukkan tingginya transmisi virus corona di tengah-tengah masyarakat,” kata Saifullah di Banda Aceh, kemarin.
Sepanjang pandemi, warga Aceh yang terinfeksi COVID-19 sebanyak 40.177 orang. Dari total kasus itu terdapat 36.819 orang telah dinyatakan sembuh dari infeksi sejak awal mewabah di Aceh.
Selama hampir tiga tahun bencana non alam itu terjadi mengakibatkan 2.086 warga bumi Serambi Makkah itu meninggal dunia. Sedangkan yang masih dalam perawatan medis mencapai 1.272 orang, terdiri dari 1.067 orang isolasi mandiri dan 205 orang menjalani perawatan medis di berbagai fasilitas kesehatan seluruh Aceh.
Sebanyak 205 orang yang memiliki gejala sedang atau bergejala berat itu dirawat di ruang perawatan Penyakit New Emerging dan Re-Emerging (Pinere) rumah sakit rujukan COVID-19. Bahkan enam orang di antaranya dirawat di ruang Intesive Care Unit (ICU) yakni lima orang di RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh dan satu orang RS Iskandar Muda Lhokseumawe.
“Kita doakan yang sedang dirawat di ruang ICU segera sembuh, dan para penderita tanpa gejala dapat melakukan isolasi mandiri sesuai protokol yang dianjurkan,” ujarnya.
Penularan kasus COVID-19 di Aceh terus meningkat di tengah adanya ancaman penularan varian baru Omicron, yang dinilai lebih cepat menular namun bergejala ringan dan tidak ganas dibandingkan varian Delta.
Baca juga: Kapolri minta warga Aceh vaksin dosis kedua sesuai jadwal
Baca juga: Kapolri dorong akselerasi vaksinasi di Aceh cegah Omicron
Probable
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Iman Murahman mengatakan varian baru Omicron sudah terdeteksi di Aceh. Namun, pihaknya masih harus menunggu kepastian itu berdasarkan hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) dari laboratorium di Jakarta.
“Untuk suspect Omicron sudah terdeteksi (di Aceh), di seluruh Indonesia suspect Omicron sudah terdeteksi tapi untuk hasil laboratorium whole genome sequensing belum kita terima, untuk bisa disebut terkonfirmasi Omicron,” kata Iman.
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Aceh juga telah mendeteksi sebanyak 60 warga Aceh terkonfirmasi positif probable COVID-19 varian Omicron.
“Dari 68 sampel yang kita periksa, teridentifikasi probable Omicron 60 sampel,” kata Kepala Balai Litbangkes Aceh Fahmi Ichwansyah.
Balai Litbangkes Aceh sudah mulai melakukan S-Gene Target Failure (SGTF) untuk mengetahui probable Omicron. Namun, hasil SGTF itu perlu dilakukan pemeriksaan WGS untuk mengkonfirmasi 60 sampel probable Omicron itu adalah positif varian Omicron.
“Sampel yang teridentifikasi probable Omicron kami serahkan ke posko COVID-19 Aceh untuk dikirim ke laboratorium rujukan nasional di Jakarta, untuk dipastikan Omicron,” kata Fahmi.
Hasil WGS yang memastikan bahwa sampel tersebut adalah Omicron. "Tetetapi secara umum kita sudah bisa mengatakan bahwa Omicron sudah ada di Aceh,” katanya.
Iman Murahman menambahkan Pemerintah Aceh mengutamakan percepatan vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat serta disiplin penerapan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran varian Omicron.
“Kalau klaster (kasus Omicron) sudah terdeteksi, maka kita langsung periksa kontak erat,” kata Iman.
Percepatan vaksinasi itu diutamakan terhadap kelompok lanjut usai (lansia) dan kelompok masyarakat umum dan rentan lainnya, mengingat varian baru tersebut dinilai lebih cepat terjadi penularan.
“Kalau masyarakat sudah divaksin, apalagi sudah vaksin booster maka akan lebih mengurangi tingkat penularan,” katanya.
Kalaupun ke depan kasus meningkat maka kita lihat dari sisi gejala berat tidak akan terlalu banyak, dibandingkan varian sebelumnya. Jadi upaya kita protokol kesehatan dan vaksinasi, kata Iman lagi.
Pemerintah Aceh juga sudah menyiapkan tempat tidur bagi pasien COVID-19 di seluruh rumah sakit rujukan. Data Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit rujukan mencatat tempat tidur COVID-19 di ruang ICU tersedia sebanyak 166 ranjang, sedangkan tempat tidur ruang isolasi tersedia sebanyak 889 ranjang.
Baca juga: Kapolri minta Pemprov Aceh cegah peningkatan "positivity rate"
Baca juga: MPU ajak warga Aceh cegah pendangkalan aqidah di era globalisasi
Akselerasi
Saat berkunjung ke Aceh, Jumat lalu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mendorong akselerasi capaian vaksinasi COVID-19 di Aceh sebagai langkah membendung penyebaran varian Omicron.
Polri menggelar akselerasi vaksinasi secara serentak yang dilakukan di 321 titik di seluruh Aceh. Pihaknya menargetkan percepatan vaksin dosis kedua, vaksinasi kelompok lanjut usia (lansia), anak-anak usia 6-11 tahun serta vaksinasi dosis ketiga atau booster.
Polri menargetkan akselerasi vaksinasi bisa tercapai sekitar 67 ribu orang per hari. “Tentunya ini target harian yang terus akan kita pertahankan,” kata Sigit.
Dia menilai capaian vaksinasi COVID-19 di Aceh sudah cukup bagus. Kapolri yakin progres vaksinasi masyarakat akan terus meningkat seiring percepatan vaksinasi yang dilakukan seluruh daerah.
“Kalau kita lihat progres vaksinasi di Aceh secara umum dibandingkan dengan rata-rata nasional ini juga hanya selisih 1 persen, dan saya lihat perkembangannya akan terus meningkat,” katanya.
Ia juga meminta masyarakat Aceh mengikuti penyuntikan vaksin dosis kedua sesuai jadwal yang telah ditentukan sehingga dosis vaksin itu dapat bekerja optimal dalam membentuk kekebalan tubuh.
“Saya ingatkan untuk tepat waktu (vaksinasi), di range (jarak) waktu yang pas, sehingga kemudian manfaat dari vaksinasi betul-betul optimal,” kata Sigit.
Hingga Jumat (25/2), data Satgas COVID-19 Aceh dosis pertama mencapai 3.306.561 orang atau 82,1 persen, untuk dosis kedua sebanyak 1.891.301 atau 46,9 persen dan dosis ketiga atau booster sebanyak 103.313 atau 2,6 persen.
Pemerintah Aceh menargetkan vaksinasi COVID-19 sebanyak 4.028.891 jiwa penduduk.
Oleh karenanya, Sigit meminta warga Aceh betul-betul melihat jarak waktu penyuntikan antara vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua. Tentunya diharapkan dosis vaksin yang disuntik itu betul-betul bekerja dengan efektif dalam tubuh manusia.
“Karena memang apabila kemudian melewati batas waktu yang ada tentunya tingkat efektifitas akan sedikit menurun,” kata Kapolri.
Kita dorong akselerasi vaksinasi di wilayah Aceh dalam rangka kita menghadapi varian baru Omicron yang sudah mulai masuk. Dan saya yakin dengan semangat yang ada kita semua bisa melewati dan menghadapi varian baru tersebut, kata Sigit lagi.
Baca juga: Dinkes sebut 38 warga Banda Aceh terkonfirmasi "probable" Omicron
Baca juga: Tambah 130, kasus aktif infeksi COVID-19 capai 1.003 orang di Aceh
Positivity Rate
Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh juga diminta mencegah terjadinya peningkatan angka positivity rate di tengah masyarakat, dengan terus melakukan langkah-langkah akselerasi vaksinasi COVID-19 di seluruh kabupaten/kota.
“Dari perkembangan positivity rate yang ada, saat ini Aceh masih di bawah rata-rata nasional, namun tentunya ada peningkatan ya, naik menjadi 8 persen, sementara rata-rata nasional 18 persen,” kata Sigit.
Kapolri menilai peningkatan angka positivity rate dapat ditekan dengan kerja keras. Soliditas yang sudah terbentuk dari pemerintah daerah, TNI-Polri serta seluruh tenaga kesehatan dapat terjaga dan bisa bekerja dengan baik.
“Tentunya kunci dari ini semua adalah kerja keras,” katanya.
Sementara itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk Faisal Ali meminta agar Pemerintah Aceh mempertahankan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam upaya mencegah kasus Omicron.
“PPKM ini tetap harus dipertahankan, jangan sampai perubahan itu membuat masyarakat menganggap bahwa ini sudah bebas, jadi kebebasan membuat peningkatan saat ini,” kata Tgk Faisal Ali di Aceh Besar, Jumat.
Ia menilai kasus COVID-19 di Aceh cenderung meningkat dalam beberapa pekan terakhir akibat adanya pelonggaran aturan dari pemerintah saat momentum Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.
Sehingga dibutuhkan konsisten pemerintah dalam melaksanakan PPKM sebagai upaya pencegahan kasus varian Omicron.
Apa yang sudah terjadi diharapkan menjadi pelajaran bagi semua pihak bahwa penerapan PPKM tetap harus berjalan dengan baik.*
Baca juga: Balitbangkes deteksi 60 warga Aceh probable Omicron
Baca juga: Satgas COVID-19 deteksi 126 kasus baru infeksi corona di Aceh
Baca juga: Dinkes Aceh jemput bola percepat vaksinasi COVID-19 bagi lansia
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022