Rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas berlarut-larut sejak 2016 dan belum kunjung selesai hingga 2022. Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener yang ditargetkan selesai 2023 ini terancam molor pembangunannya karena material batu andesit belum tersedia.
Aparat TNI dan Polri serta pemerintah desa berupaya maksimal untuk menciptakan situasi yang sejuk di Desa Wadas dengan menyambungkan komunikasi antarwarga yang pro dan kontra rencana penambangan batu andesit pascapengamanan puluhan warga yang dianggap tidak setuju dengan penambangan batu andesit.
Upaya TNI dan Polri menyambung komunikasi warga pro dan kontra di Desa Wadas, antara lain dengan menggelar psikoedukasi, bantuan sosial hingga silaturahim kepada para kiai.
Personel TNI dan Polri bahu membahu melaksanakan kegiatan sambang warga, termasuk silaturahmi kepada sejumlah tokoh agama.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol M. Iqbal Alqudusy menuturkan dalam kegiatan tersebut konselor Polres Purworejo memberikan pelatihan psikoedukasi kepada warga.
Pelatihan ini ditujukan agar warga termotivasi untuk berkarya dan berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari.
"Pelatihan ini bermanfaat agar warga berpikir terbuka dan mau menerima perbedaan yang ada di lingkungannya. Karena bagaimana pun perbedaan itu sesuatu yang lumrah dalam hidup bermasyarakat," katanya.
Baca juga: Polda Jateng: Rekomendasi Komnas HAM soal Wadas jadi bahan evaluasi
Kegiatan ini diwarnai pemberian bantuan sosial, bersih-bersih, dan pengecatan musala. Pada kesempatan tersebut para personel TNI dan Polri bersilaturahim dengan tokoh agama sekaligus memberikan tali asih berupa sejumlah perlengkapan ibadah dan Kitab Suci Alquran.
Ia menjelaskan dalam pelaksanaan kegiatan sambang dan bakti sosial di Desa Wadas, personel TNI dan Polri berusaha merangkul semua kalangan.
"Kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi warga Wadas akan terus dilakukan. TNI dan Polri akan berupaya merangkul semua pihak tanpa membeda-bedakan. Ini semua untuk warga dan demi kebaikan warga," katanya.
Kapendam IV/Diponegoro Kolonel Inf Enjang optimistis situasi Desa Wadas akan semakin kondusif.
Kapendam menyoroti simpang siur pemberitaan situasi di Desa Wadas yang berkembang, khususnya di media sosial.
"Masyarakat kami imbau untuk selalu bijak menyikapi pemberitaan, terutama di media sosial. Saring sebelum "sharing" informasi yang diterima. Lakukan klarifikasi dulu sehingga tidak mudah terjebak hoaks," katanya.
Guna mewujudkan situasi kondusif para ulama juga menggelar "Wadas Bersholawat" yang dilaksanakan di Masjid Al Hidayah, Dusun Winongsari Desa Wadas.
Kegiatan yang bertema Wadas Bersholawat Menuju Masyarakat yang Lebih Maju itu dihadiri sekitar 400 warga Wadas. Adapun ulama yang memandu acara tersebut antara lain Gus Masruchan Chabibi (Pengasuh Ponpes Nurussohabi, Nglarangan, Ngawonggo, Kaliangkrik Kabupaten Magelang), K.H Abdul Afif (Wakil Rois Syuriyah PCNU Purworejo), KH Abdurrohman (Pengasuh Ponpes Darut Tauhid Bener), dan K.H. Ayub dari Ponpes Kedungsari, Purworejo.
Baca juga: Polda Jateng: Enam polisi diperiksa terkait peristiwa Wadas
Situasi yang sejuk dan kondusif tampak dalam kegiatan tersebut. Kapolsek Bener AKP Setyo Raharjo memimpin langsung pengamanan kegiatan yang didukung aparat setempat serta sekitar 100 Banser NU.
Menurut AKP Setyo kegiatan Wadas Bersholawat dicetuskan sejumlah tokoh lokal sebagai upaya merajut kembali tali silahturahmi dan kebersamaan warga Wadas.
"Para ulama dan tokoh masyarakat ingin menyatukan warga yang pro dan kontra penambangan batu andesit, yang akan digunakan untuk pembangunan proyek strategis nasional (PSN) Bendungan Bener," katanya.
Kepala Desa Wadas Fahri Setyanto mengatakan dengan kegiatan Wadas Bersolawat ini dapat menjalin kembali tali silaturahmi dan kerukunan warga ke depan.
Ia mengharapkan dukungan semua pihak agar ketenteraman di Wadas tidak terganggu.
"Kami pererat silaturahmi warga. Harapannya, tidak ada lagi pihak luar yang berusaha mengkotak-kotak warga Wadas yang dapat memperkeruh situasi dan merugikan semua pihak," katanya.
Menanggapi permasalahan di Desa Wadas, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) siap membantu warga dan pemerintah mencari titik temu.
Wasekjen GP Ansor yang juga Katib Syuriah PBNU H Aunullah A'la Habib (Gus Aun) mengatakan PBNU siap membantu warga dan pemerintah mencari titik temu terkait penambangan batu andesit di Desa Wadas. Masalah bisa diselesaikan jika semua pihak berkepala dingin.
Baca juga: PBNU siap bantu cari titik temu permasalahan warga Wadas
Keterlibatan PBNU dinilai vital untuk menghadirkan solusi mengingat mayoritas warga Wadas, Kecamatan Bener adalah kaum nahdliyin.
Menurut Gus Aun semua pihak jangan terburu-buru membuat kesimpulan bahwa pemerintah menindas rakyat dan rakyat dimarginalkan.
"Terpenting dari semua masalah adalah solusinya, kita harus mencari solusi terbaik," katanya.
Ia mengungkapkan Ketua PBNU Gus Yahya (Yahya Cholil Staquf) selalu memantau permasalahan Wadas dari hari ke hari. Para pengurus PBNU juga sudah banyak yang turun ke Wadas untuk memonitor situasi. Masalah Wadas akan menjadi keputusan organisasi.
Ia menegaskan PBNU tidak ingin pihak-pihak yang memiliki kepentingan lain membenturkan warga Wadas dan juga membenturkan warga dengan pemerintah.
"Jangan sampai masalah Wadas ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan lain. Semua harus berkepala dingin, harus membantu rakyat dan mendampingi pemerintah, dua-duanya harus dilaksanakan untuk mencari titik temu," katanya.
Cegah Kerusakan Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Bendungan Bener dan penambangan terbuka (kuari) batu andesit Desa Wadas, Kabupaten Purworejo dijadikan satu untuk mencegah kerusakan lingkungan pasca-penambangan, kata Kabid Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Serayu Opak Yosiandi Radi Wicaksono.
"Dijadikannya satu Amdal Bendungan Bener dan kuari batu andesit Desa Wadas banyak menimbulkan pertanyaan, karena lokasi Bendungan Bener di Desa Guntur dan Desa Wadas berjarak 10 kilometer," kata Yosi.
Desa Wadas sama sekali tidak tergenang Bendungan Bener. Hubungan keduanya adalah batu andesit dari Desa Wadas akan ditambang dan dikirim ke Desa Guntur sebagai material fondasi Bendungan Bener. Batu andesit Desa Wadas dinilai paling cocok untuk kekokohan bendungan tertinggi di Asia Tenggara tersebut.
"Tujuan amdal jadi satu itu justru untuk mencegah kerusakan lingkungan pasca-penambangan," katanya.
Menurut dia, satu amdal untuk Bendungan Bener dan kuari batu andesit Desa Wadas sudah melalui pertimbangan matang.
"Dengan satu amdal, begitu Bendungan Bener selesai, maka selesai juga kuari batu andesit Desa Wadas. Jadi tidak ada penambangan lagi," kata dia.
Ia mengungkapkan Bendungan Bener memerlukan sekitar 8,5 juta meter kubik batu andesit dari Desa Wadas.
"Begitu batu andesit bendungan terpenuhi, penambangan di Desa Wadas akan ditutup dengan tanah. Lokasi penambangan akan menjadi perkebunan atau tempat pariwisata dan diserahkan kembali kepada rakyat untuk dikelola," katanya.
Pembelian lahan Desa Wadas oleh pemerintah sekitar 110 hektare tujuannya juga untuk mencegah kerusakan lingkungan.
"Kalau lokasi tambang tidak dibeli pemerintah dan jadi pertambangan rakyat, justru hal itu berbahaya dan bisa menimbulkan kerusakan lingkungan," katanya.
Menurut dia, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai isu kerusakan lingkungan dari penambangan terbuka batu andesit di Desa Wadas.
"Semua sudah dipikirkan matang-matang dengan tujuan untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan gangguan penambangan terhadap warga Wadas," katanya.
Semoga permasalahan di Desa Wadas segera selesai dan ke depan warga menjadi lebih harmonis dan kerukunan warga tetap terjaga. Apa pun yang menjadi keputusan tentang rencana penambangan batu andesit di Wadas bisa diterima semua pihak.
Baca juga: Keakuan perlu disingkirkan jika ingin wujudkan Bendungan Bener
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022