Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta seluruh pemangku kepentingan untuk mengutamakan riset dan inovasi sebagai referensi untuk merumuskan kebijakan modern dan membangun sistem yang lebih tahan terhadap guncangan krisis di masa depan.
"Riset dan inovasi harus diprioritaskan untuk merumuskan kebijakan yang modern," kata Wapres Ma’ruf di acara Forum Ekonomi Merdeka melalui konferensi video dari Jakarta, Senin.
Dalam kebijakan ekonomi, kata Wapres, riset dan inovasi diperlukan untuk mengubah tatanan ekonomi menjadi berkelanjutan, melalui pengembangan ekonomi hijau dan ekonomi biru dengan partisipasi yang inklusif.
Wapres juga menekankan beberapa hal untuk mempercepat pemulihan ekonomi dari tekanan pandemi COVID-19. Menurutnya, penguatan sistem kesehatan nasional dan pengendalian pandemi menjadi kunci pemulihan ekonomi.
Oleh karena itu, Pemerintah terus memperkuat dukungan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan ketersediaan obat-obatan.
"Pengembangan vaksinasi dalam negeri, penerapan protokol kesehatan, serta layanan kesehatan masyarakat juga harus terus diperkuat," jelasnya.
Selanjutnya, kata Wapres, reformasi struktural sebagai prasyarat bagi pemulihan ekonomi juga harus dikawal agar terus berjalan.
"Fokus pembangunan berkelanjutan yang diarahkan pada penguatan sumber daya manusia berkualitas, pembangunan infrastruktur, penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif, termasuk dukungan kepada pelaku UMKM, penciptaan lapangan kerja berkualitas dan transformasi digital harus dapat direalisasikan dengan baik," jelasnya.
Selain itu, presidensi Indonesia di Forum G20 pada 2022 harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan, industrialisasi, penguasaan teknologi, hingga penanganan krisis iklim, katanya.
"Demikian pula, arah pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang mengedepankan keadilan, inklusi dan keberlanjutan, harus terus didorong untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional," ujar Wapres.
Baca juga: Wapres: Posisi Indonesia di forum internasional harus dioptimalkan
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022