Hari ini tepat dua tahun Indonesia menjalani masa pandemi COVID-19 sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 di Istana Merdeka, Jakarta.Kami juga melibatkan kalangan misionaris berikan layanan vaksinasi
Berawal dari seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun di Depok, Jawa Barat, hingga saat ini pandemi telah memicu tiga gelombang serangan di Tanah Air. Total 5,5 juta jiwa lebih masyarakat tertular, sebanyak 148.660 orang di antaranya dilaporkan meninggal.
Vaksinasi perdana di Indonesia bergulir mulai 13 Februari 2021 di tengah puncak gelombang pertama virus Corona yang mencetak rekor 89 ribu kasus. Upaya perlindungan vaksin saat itu masih terbatas pada kalangan tenaga kesehatan sebagai garda terdepan penanganan pasien.
Hampir sebulan berselang, jumlah sasaran vaksinasi diperluas pemerintah menuju 208 juta lebih masyarakat sasaran yang dimulai dari kelompok lanjut usia (lansia) sebanyak 22,5 juta lebih jiwa serta kalangan pekerja lewat program Vaksinasi Gotong Royong.
Di tengah upaya keras pemerintah memperluas cakupan vaksinasi hingga 2 juta dosis per hari, Indonesia dihantam gelombang kedua lewat kemunculan varian Delta yang memuncak pada Juli 2021 dengan rekor 56.757 kasus konfirmasi dan 2.069 rekor kematian.
Persediaan vaksin yang mulai mencukupi di Tanah Air mendorong program vaksinasi kembali ditambah menjangkau lebih dari 141 juta masyarakat umum dengan kriteria usia produktif dan remaja pada Agustus 2021.
Baru pada November 2021, vaksinasi COVID-19 tembus lebih dari 100 juta orang mendapatkan suntikan dosis pertama. Sementara untuk dosis kedua disuntikkan ke lebih dari 57,5 masyarakat Indonesia. Dengan demikian jumlah vaksinasi telah mencapai 157.707.427 dosis.
Artinya, vaksinasi dosis pertama sudah menjangkau 48,11 persen masyarakat Indonesia dan vaksinasi dosis kedua menjangkau 27,62 persen target.
Seiring dengan hal itu, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan per tanggal 3 November 2021, seluruh provinsi di Indonesia berada di tingkat penularan komunitas level 1 di mana transmisi diukur minimal 20 per 100.000 penduduk, jumlah hospitalisasi lima per 100.000 penduduk dan jumlah kematian satu per 100.000 penduduk.
Pelandaian kasus usai gelombang Delta nyatanya tak berumur panjang. Indonesia di awal 2022 memasuki gelombang ketiga pandemi lewat serangan varian Omicron yang diduga dibawa seorang WNI yang datang dari Nigeria pada 27 November 2021.
Data Kementerian Kesehatan RI melaporkan kasus tertinggi pada gelombang Omicron sempat terjadi pada 16 Februari 2022 dengan jumlah kasus baru sebanyak 64.718 pasien.
Namun jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit masih terkendali dengan jumlah 38 persen dari kapasitas ruang isolasi dan ICU, yang disediakan pemerintah.
Baca juga: WHO: Berbahaya, anggap pandemi COVID segera berakhir
Baca juga: Presiden tegaskan langkah luar biasa atasi pandemi dilakukan hati-hati
Peran vaksinasi
Indonesia mencatatkan angka kesembuhan tertinggi pada 25 Februari 2022 mencapai 61.361 pasien. Angka tersebut melampaui capaian tertinggi pada periode gelombang varian Delta mencapai 48.832 pasien per 6 Agustus 2021.
Pakar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia Pandu Riono menilai situasi itu dipengaruhi kekebalan imunitas penduduk baik atas pengaruh vaksinasi COVID-19 maupun imunitas alami yang semakin masif jumlahnya hingga saat ini.
Berdasarkan laporan Satgas Penanganan COVID-19 jumlah peserta vaksinasi dosis pertama pertama pada gelombang Delta mencapai 49.391.058 dan dosis kedua 22.891.824 penduduk. Sedangkan pada saat dominasi varian Omicron jumlahnya bertambah sebanyak 190.531.114 untuk dosis pertama dan 143.280.295 penduduk untuk dosis kedua.
Jumlah tersebut belum termasuk masyarakat yang telah menerima suntikan vaksin booster atau dosis penguat yang mencapai 9.542.165 penduduk.
"Ini menunjukkan bahwa sebagian besar ketahanan dari imunitas penduduk. Artinya apa pun variannya diharapkan bisa mencegah keparahan dan kematian," kata Pandu dalam konferensi pers virtual Jumat (25/2).
Pandu melaporkan hasil penelitian pihaknya terhadap proporsi kasus COVID-19 yang meninggal menurut status vaksinasi di Indonesia per 1 Maret 2020 hingga 16 Februari 2022.
Angka kematian pada pasien yang telah menerima dosis kedua vaksin primer berkisar 0,5 persen, sedangkan pada penerima dosis pertama berkisar 2,3 persen. Jumlah tersebut relatif lebih rendah dari kasus kematian yang dialami pasien tanpa perlindungan vaksinasi mencapai 7,5 persen.
Selain vaksinasi, faktor penyebab kematian juga dipengaruhi komorbid atau penyakit bawaan seperti diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, penyakit jantung maupun kombinasi dari beberapa komorbid tersebut.
Sementara itu data Kementerian Kesehatan RI melaporkan hasil analisa jumlah pasien 17.871 yang di rawat di rumah sakit pada 21 Januari hingga 22 Februari 2022 terdapat 2.489 pasien meninggal dunia. Sebagian besar pasien belum divaksinasi lengkap.
Risiko kematian bagi nonlansia tanpa komorbid yang telah mendapat vaksin penguat berjumlah 0,49 persen. Sedangkan risiko kematian bagi lansia tanpa komorbid yang sudah mendapat vaksin penguat yakni 7,5 persen.
Risiko kematian nonlansia tanpa komorbid yang telah vaksinasi lengkap dua dosis adalah 2,9 persen. Sedangkan risiko kematian lansia tanpa komorbid yang telah mendapat vaksin lengkap dosis yakni 22,8 persen.
Jumlah kematian pada kelompok yang memiliki komorbid tapi belum mendapatkan vaksinasi lengkap sebanyak 739 kematian dibandingkan dengan yang telah mendapatkan vaksin penguat hanya 20 kematian.
Sedangkan vaksinasi lengkap COVID-19 ditambah dosis penguat dapat memberikan perlindungan hingga 91 persen dari kematian, atau risiko sakit parah akibat SARS-CoV-2.
Baca juga: Kemenkes: Indonesia masuk fase praendemi saat kasus terkendali
Baca juga: Menko Luhut: Indonesia tak perlu latah berlakukan transisi ke endemik
Pemerataan vaksinasi
Dilansir dari Dashboard Vaksinasi Kemenkes RI, kecepatan suntikan harian berada pada kisaran 1 hingga 1,4 juta dosis per hari yang bergerak stabil sepanjang awal Februari 2022 hingga sekarang. Lebih dari 50 persen dari total populasi 270 juta penduduk Indonesia telah menerima vaksinasi dosis lengkap.
Berdasarkan data cakupan vaksinasi, masih ada tujuh provinsi dengan cakupan vaksinasi lengkap berada di bawah 50 persen. Ketujuh provinsi itu yakni Sulawesi Tengah (48,63 persen), Aceh (48 persen), Sulawesi Barat (45,79 persen), Maluku Utara (43,54 persen), Papua Barat (39,22 persen), Maluku (39,09 persen), dan Papua (22,87 persen).
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi optimistis memenuhi vaksinasi lengkap 70 persen populasi masyarakat Indonesia paling lambat Juni 2022.
Hingga Selasa (1/3), stok vaksin COVID-19 di Indonesia berjumlah total 450 juta dosis, sebanyak 45-50 juta dosis di antaranya masih dalam proses produksi di fasilitas Bio Farma dan 10 juta dosis lainnya siap diedarkan. Sisanya sebanyak 383 juta dosis dalam proses distribusi ke daerah.
"Jika melihat stok vaksin nasional yang tersedia, ini cukup untuk sampai ke pelosok. Fokus kami saat ini adalah vaksinasi booster yang baru 10,2 juta dari target. Jadi kita fokus pada percepatan vaksinasi booster," katanya.
Upaya pemerataan vaksin ke seluruh daerah, kata Nadia, dibantu melalui peran pemerintah daerah untuk mendorong sampai ke wilayah pelosok. Selain itu pemerintah juga melibatkan unsur TNI Polri untuk membantu petugas Puskesmas mengantar vaksin ke daerah terluar, perbatasan dan kepulauan.
"Bahkan kami juga melibatkan kalangan misionaris yang juga berperan berikan layanan vaksinasi seperti di wilayah pelosok Papua," katanya.
Kemenkes juga mendorong kreativitas pemangku kebijakan di lingkup pemerintah daerah untuk memperluas vaksinasi bagi lansia melalui beragam program kerja yang menarik. "Sudah banyak strategi vaksinasi keliling, door to door, berbasis adat bahkan sekarang TNI Polri gelar vaksinasi dengan hadiah minyak goreng," katanya.
Meski cakupan vaksinasi nasional saat ini cenderung tinggi dan berkontribusi pada penurunan kasus gelombang ketiga dalam sepuluh hari terakhir, tentu kita amat perlu mewaspadai kemungkinan varian baru COVID-19 di dunia, sesuatu yang tidak terlalu mudah untuk memprediksinya.
Baca juga: Survei sebut warga AS "sengsara" akibat pandemi dan ekonomi
Baca juga: Erick Thohir: Pandemi Covid telah mengganggu rantai pasok global
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022