Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat bersama warga kelurahan Joglo, Kembangan, mengolah sampah organik rumah tangga seperti kulit buah dan sayuran menjadi cairan disinfektan.Sampahnya diolah menjadi carian 'eco enzym'
"Sampahnya diolah menjadi carian 'eco enzym' yang bermanfaat untuk banyak hal. Salah satunya disinfektan," kata Pelaksana tugas Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Dampak Lingkungan dan Kebersihan Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat, Enrile Indro Prasetyo, saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut Enrile, bahan sampah tersebut cocok untuk dijadikan disinfektan karena dianggap dapat membunuh kuman dan menyegarkan udara.
Enrile pun sempat mengirimkan video proses pembuatan cairan disinfektan dari sampah organik yang dilakukan warga RW 07, Kelurahan Joglo kepada Antara.
Baca juga: Sebanyak 265 RW di Jakbar jadi wilayah percontohan pengolahan sampah
Dari video tersebut, proses pembuatan berawal dari warga yang mengumpulkan sampah sisa kulit buah dan sayuran ke satu tempat pengolahan sampah di RW 07.
Di sana, warga dan petugas dari Suku Dinas Lingkungan Hidup mencuci sampah tersebut menggunakan air bersih.
Setelah dicuci, sampah tersebut dimasukkan ke dalam sebuah drum setinggi satu meter dan cukup besar.
Petugas lalu mencampurkan cairan molase dan air dan mengaduknya di wadah yang berbeda.
Baca juga: Pemprov DKI dukung pengolahan sampah organik agar Jakarta lebih bersih
Setelah itu, carian campuran tersebut dimasukkan ke dalam drum tempat sampah organik tersebut dan didiamkan selama tiga bulan.
Petugas bisa memproduksi sepuluh sampai 11 drum berisi sampah organik yang telah terendam. Setelah tiga bulan, sampah organik tersebut disaring dan airnya dapat digunakan sebagai disinfektan.
"Cairan tersebut kita bagikan kepada warga sekitar. Bisa digunakan untuk disinfektan atau pestisida," kata Enrile.
Petugas kebersihan setempat pun lalu menggunakan disinfektan itu untuk disemprotkan ke beberapa rumah warga yang ada di wilayah RW 07.
Baca juga: Wagub pastikan pengolahan sampah tanpa polusi dibangun di Tebet
Di saat yang sama, Lurah Joglo Matrullah membenarkan kegiatan tersebut masih dilakukan hingga saat ini. Bahkan sisa dari sampah yang disaring tetap bisa digunakan sebagai pupuk.
Namun demikian, Matrullah belum bisa memastikan berapa jumlah sampah yang dikelola warga RW 07 dalam sehari.
"Kalau jumlah saya belum bisa memastikan. Yang pasti pengolahan 'eco enzym' ini masih terus berlangsung demi memperkecil produksi sampah di wilayah," jelas dia.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022