Indonesia bisa mencoba membangun satu kekuatan baru di tengah konflik global ini.
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta menilai konflik antara Rusia dan Ukraina saat ini harus dipandang sebagai perang supremasi, bukan lagi sekadar proxy, yaitu perang antarnegara adidaya Rusia dengan Amerika Serikat dan Eropa.
"Ini perang antarnegara adidaya, sementara Ukraina menjadi korban atau collateral damage," kata Anis dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan hal itu dalam Gelora Talk bertajuk Perang Rusia vs Ukraina, Apa Dampaknya pada Peta Geopolitik Dunia? pada hari Rabu (2/3).
Kalau negara adidaya yang berperang, menurut dia, tidak ada aturan lagi dan tidak ada yang bisa mengatur serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengalami disfungsi, termasuk Dewan Keamanan PBB.
Oleh karena itu, kata dia, perang tersebut akan mendekati titik ledak yang lebih besar sehingga Indonesia perlu mengantisipasinya. Masahnya, cepat atau lambat Indonesia bisa terseret dalam dampak perang tersebut.
Anis Matta mengatakan bahwa dunia saat ini akan menantikan tatanan dunia baru di tengah krisis berlarut, mulai dari pandemi COVID-19 hingga perang Rusia dan Ukraina, yang akan berujung pada konflik berlarut secara global.
"Jadi, kita sekarang sedang menantikan 'tatanan dunia baru', ini yang kita khawatirkan. Ini yang akan terjadi pemenanglah yang akan menentukan aturan, ini arah dunia yang sedang terjadi," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa pembentukan tatanan dunia baru berbeda dengan tatanan dunia lama oleh pemenang Perang Dunia II.
Menurut dia, pembentukan tatanan dunia baru akan ditentukan oleh proses rasional masyarakat global karena dunia makin terintegrasi.
"Akan tetapi, bisakah kita sampai pada tatanan dunia baru yang tidak terlalu berdarah? Ini arah yang kita inginkan," ujarnya.
Anis mengemukakan bahwa Indonesia bisa mencoba membangun satu kekuatan baru di tengah konflik global ini dengan politik bebas aktif seperti yang telah digagas para pendiri bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, dia menilai perang Rusia dan Ukraina bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk membuat satu peta jalan atau road map sejarah baru bagi dunia.
"Kita sedang menghadapi konflik berlarut yang akan melemahkan semua negara. Perang Rusia dan Ukraina seperti gong yang mengatakan, 'Selamat Tinggal Tatanan Dunia Lama dan Selamat Datang Tatanan Dunia Baru'," katanya
Ia berharap Indonesia mengambil peran untuk menentukan tatanan dunia baru ini, yakni sebagai kekuatan besar dunia pascaruntuh negara adidaya nanti.
Diskusi yang digelar secara daring ini menghadirkan narasumber pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana, mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Cina Imron Cotan, dan mantan Dubes Indonesia untuk Ukraina Yuddy Chrisnandi.
Baca juga: Patung lilin Vladimir Putin di Museum Grevin dipindahkan ke gudang
Baca juga: Saham Asia menguat, minyak melonjak semakin tinggi
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022