“Ini masuk ke strategi kita untuk international cooperation (kerja sama internasional, red.). Kami sudah berusaha untuk mencegah melalui kerja sama dengan otoritas Myanmar. Tetapi, kita ketahui bersama bahwa sekarang ada masalah politik di Myanmar,” kata Golose.
Pernyataan tersebut ia sampaikan kepada wartawan saat konferensi pers Badan Narkotika Nasional yang diselenggarakan di Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Baca juga: BNN duga sabu dan ekstasi berasal dari sindikat Golden Triangle
Dalam konferensi pers tersebut, Golose mengungkapkan bahwa pihaknya berhasil menyita 121,52 kg sabu-sabu melalui tiga kasus yang berbeda. Sebanyak dua kasus di Provinsi Aceh, sedangkan satu kasus lainnya di Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan kemasan sabu-sabu yang disita BNN berupa kemasan teh China, Golose menduga bahwa kiriman sabu-sabu tersebut berasal dari wilayah beroperasinya Sindikat Golden Triangle atau Segitiga Emas.
“Dari kemasan yang ada, diduga bahwa memang barang-barang ini masuk dari Golden Triangle. Khususnya, dengan tipikal seperti ini, berasal dari Myanmar,” ucap Golose.
Baca juga: BNN sebut masalah Myanmar akibatkan peningkatan peredaran narkoba
Baca juga: Jaringan narkoba Dumai-Madura edarkan sabu-sabu dari "Golden Triangle"
Golden Triangle merupakan kawasan yang menjadi pusat produksi berbagai jenis narkotika di Asia Tenggara dan berlokasi di wilayah pedalaman dan pegunungan di bagian utara Myanmar, Thailand, dan Laos.
BNN berulang kali menggagalkan peredaran narkoba yang berasal dari Sindikat Golden Triangle. Berbagai upaya telah dilakukan, baik dari pengetatan penjagaan pelabuhan hingga menjalin kerja sama internasional.
Sejak terjadi junta militer di Myanmar, salah satu dampak buruk yang menjadi perhatian BNN adalah lonjakan peredaran narkotika yang berasal dari Myanmar.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022