PT Pertamina Gas (Pertagas) akan mengembangkan infrastruktur penyaluran gas di Kaltim dan Sulsel dengan menggandeng PT Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) sebagai pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) MBTK di Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.Kebutuhan energi para tenant industri di dalam KEK nantinya akan disuplai oleh Pertagas dengan skema penyaluran gas pipa maupun LNG
Sinergi antara Pertagas sebagai afiliasi dari Subholding Gas Pertamina dan MBTK diwujudkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang Kajian Bersama Penyediaan Pasokan dan Infrastruktur Gas Bumi yang dilakukan secara daring di Grha Pertamina Jakarta, Jumat.
Direktur Utama Pertagas Wiko Migantoro menyampaikan kebutuhan energi para tenant industri di dalam KEK nantinya akan disuplai oleh Pertagas dengan skema penyaluran gas pipa maupun LNG.
Pertagas telah memiliki pengalaman panjang dalam bisnis gas di Kalimantan Timur, dengan mengoperasikan jaringan pipa gas yang menyuplai industri metanol, pupuk dan kelistrikan. Selain itu, Pertagas juga telah menyuplai gas ke Sambera lewat LNG trucking. Di tahun 2022 Pertagas juga bersiap membangun pipa transmisi gas ruas Senipah-Balikpapan.
"Pertagas siap membantu MBTK dengan suplai gas dan fasilitas infrastruktur pendukung agar KEK yang tengah di kembangkan MBTK dapat menarik minat industri untuk berinvestasi di Kalimantan Timur," ungkap Wiko dalam keterangan tertulis.
Direktur MBTK Muhammad Ade Himawan menyambut baik kerja sama dengan Pertagas sebab suplai gas dan infrastrukturnya sangat dibutuhkan di dalam KEK.
"Sejak diresmikan pada 1 April 2019 hingga sekarang kami terus melakukan perbaikan manajemen operasional dan percepatan investasi, termasuk salah satunya penyediaan suplai gas. Kami bersyukur bisa bekerja sama dengan Pertagas sehingga dapat menjawab kebutuhan energi bagi calon tenant yang akan berinvestasi di kawasan," ungkap Ade.
Selain Kalimantan Timur, Pertagas juga berencana mengembangkan infrastruktur lain yaitu power plant berbahan bakar LNG kapasitas 500 MW (± 100 MMSCFD) di Luwu Timur, Sulawesi Selatan melalui kerja sama dengan PT Global Nickel Indonesia (GNI).
Kerjasama Pertagas dan GNI ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di Grha Pertamina, Selasa (8/3/2022).
Pembangkit listrik berbahan bakar LNG tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan listrik smelter (fasilitas pengolahan hasil tambang) GNI di Luwu Timur.
Selain itu, saat ini Luwu Timur tengah mengembangkan pembentukan kawasan industri yang nantinya kebutuhan energinya juga akan dipasok oleh power plant berbahan bakar LNG yang dibangun Pertagas.
Fasilitas pembangkit berbahan bakar LNG ini nantinya tidak hanya digunakan untuk smelter GNI, namun juga dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan energi industri-industri di Sulawesi Selatan. Hal ini akan mendorong perekonomian di Sulawesi lebih berkembang.
Sebagai afiliasi dari Subholding Gas Pertamina, upaya Pertagas mengembangkan infrastruktur gas di Kalimantan dan Sulawesi ini sejalan dengan program Pertamina untuk mendukung pemerataan energi, termasuk pemanfaatan energi ramah lingkungan yaitu gas alam yang memiliki kandungan karbon dioksida paling rendah dibanding batu bara dan minyak bumi, ujar Wiko.
Baca juga: Pertagas sukses uji coba penyaluran minyak perdana proyek pipa Rokan
Baca juga: Dukung IMO 2020, Pertagas Niaga uji coba LNG untuk bahan bakar kapal
Baca juga: Pertagas bukukan laba bersih 106,6 juta dolar AS pada 2020
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022