"Teknologi toilet pengompos yang diusung BRIN bisa menjadi solusi menarik untuk mengatasi krisis air bersih yang terjadi tidak hanya di Jakarta Utara tapi juga di wilayah lainnya," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Penggunaan toilet tidak memerlukan banyak air. Jika toilet konvensional bisa membutuhkan sekitar 40 liter per hari untuk bilas dan siram, toilet pengompos hanya memerlukan lima liter air per hari.
Toilet pengompos mampu mengolah limbah kotoran manusia menjadi pupuk maupun pupuk cair, dan dirancang sebagai toilet duduk agar arah pembuangan dan kebersihannya dapat terjaga. Sistem pemisah pada toilet memungkinkan urine dipisahkan dari tinja.
"Di satu sisi secara teknologi sangat menjanjikan, lingkungan bisa mengatasi permasalahan kotoran, dan mengurangi penggunaan air bersih," ujar penerima penghargaan the Underwriters Laboratories-ASEAN-US Science Prize for Women 2021 in the Senior Scientist Category itu.
Baca juga: Perubahan iklim berpotensi sebabkan kerugian ekonomi akibat krisis air
Neni menuturkan krisis air bersih yang melanda sebagian wilayah di Jakarta Utara memerlukan penanganan yang cepat dan berkelanjutan, sehingga toilet pengompos dapat menjadi solusi alternatif.
Ia mengatakan pemerintah sebenarnya telah menjalankan program-program penyediaan air salah satunya melalui layanan perpipaan PDAM atau perusahaan air minum yang ditunjuk.
Namun, krisis air bersih yang terjadi di Jakarta Utara, seperti Penjaringan, membutuhkan terobosan-terobosan solusi karena sudah berlangsung cukup lama.
Berdasarkan studi yang dilakukan Neni di Kiaracondong, Kota Bandung, rata-rata kebutuhan air hanya untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) mencapai 40 persen, di luar untuk minum.
"Jika tidak dikelola dengan baik air akan menjadi masalah dunia," ujarnya.
Baca juga: Wali Kota Jakut minta warga lapor RT/RW kalau kesulitan air bersih
Baca juga: Empat perempuan peneliti di BRIN jadi profesor riset
Baca juga: BRIN dan universitas bekerja sama bentuk enam pusat kolaborasi riset
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022