Pejabat itu mengatakan kepada Reuters bahwa Departemen Keuangan meyakini ada eksposur langsung terbatas dalam sistem keuangan AS untuk obligasi negara Rusia dan dampak utamanya akan jatuh pada ekonomi Rusia yang sudah terhuyung-huyung di bawah beban sanksi Barat.
"Sebuah default akan membuat semakin sulit bagi Rusia untuk menemukan pemberi pinjaman baru, dan mereka yang meminjamkan kepada mereka akan menuntut suku bunga yang lebih tinggi, yang mengarah ke menguras lebih lanjut ekonomi Rusia," kata pejabat itu.
Rusia, yang sedang mengejar invasi yang semakin merusak ke Ukraina, memiliki 117 juta dolar AS dalam pembayaran yang jatuh tempo pada Rabu (16/3/2022) untuk obligasi euro dalam denominasi dolar. Kementerian Keuangannya mengatakan akan melakukan pembayaran dalam rubel jika sanksi mencegahnya membayar dalam dolar - sebuah langkah yang akan dilihat pasar sebagai gagal bayar.
Sanksi Barat telah melumpuhkan aset valuta asing di bank sentral Rusia dan melarang bank internasional melakukan transaksi dolar dan euro dengan lembaga keuangan Rusia yang dikenai sanksi - termasuk bank sentral - memperumit pembayaran apa pun.
Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo sebelumnya mengatakan kepada CNBC bahwa pilihan Rusia dalam cara membayar utangnya akan menguras sumber daya dari kemampuan Presiden Vladimir Putin untuk melanjutkan perang di Ukraina.
"Pilihan itu pada akhirnya akan menempatkan (Putin) pada posisi di mana dia harus membuat keputusan apakah dia akan melanjutkan invasi atau menghentikan invasi itu," kata Adeyemo.
Eurobond Rusia yang dimaksud, jatuh tempo pada 2023 dan 2043, diperdagangkan pada 20 sen dolar atau lebih rendah pada Senin (14/3/2022). Mereka termasuk yang pertama memiliki pembayaran terjadwal setelah Rusia terkena sanksi atas invasinya ke Ukraina.
Pejabat Departemen Keuangan AS mengatakan penurunan dramatis dalam harga obligasi pemerintah Rusia menunjukkan kemungkinan gagal bayar yang tinggi.
"Investor memperhatikan pembayaran yang akan segera jatuh tempo dan sedang mempersiapkan hasil alternatif," tambah pejabat itu.
Baca juga: Hampir separuh cadangan devisa Rusia dibekukan
Baca juga: IMF: Kemungkinan "default" Rusia, tak akan picu krisis keuangan global
Baca juga: Uni Eropa lancarkan sanksi keempat terhadap Rusia
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022