Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty mengatakan, tahun 2021 merupakan tahun yang penuh tantangan termasuk bagi industri di sektor kesehatan. Namun, Prodia rupanya masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih.
"Pencapaian ini menunjukkan ketahanan model bisnis, kokohnya bisnis inti dan keunggulan operasional Prodia. Kami terus beradaptasi terhadap dinamika situasi terkini dengan tetap fokus pada optimalisasi produktivitas, pengendalian biaya, pemanfaatan teknologi untuk peningkatan layanan bagi pelanggan, dan menjaga pertumbuhan pendapatan dan laba,” tutur Dewi dikutip dari siaran pers pada Selasa.
Sepanjang 2021, jumlah pemeriksaan di Prodia mencapai 19,6 juta dan jumlah kunjungan mencapai 3,6 juta. Sementara jumlah permintaan tes esoterik mengalami peningkatan sebesar 39,2 persen pada tahun 2021 menjadi 2,2 juta tes.
Baca juga: Prodia targetkan pertumbuhan laba 20 persen di kuartal IV-2020
Adapun total aset perseroan pada tahun 2021 mencapai Rp2,72 triliun yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp1,77 triliun dan aset non lancar Rp949,50 miliar.
Pada tahun 2021, total ekuitas naik menjadi sebesar Rp 2,25 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,79 triliun. Sedangkan, total liabilitas sebesar Rp 466,27 miliar yang terdiri dari total liabilitas jangka pendek sebesar Rp 268,91 miliar dan total liabilitas jangka panjang sebesar Rp197,36 miliar.
Perseroan juga mencatat kenaikan jumlah permintaan layanan home service yang meningkat 154,8 pesen. Pemesanan pemeriksaan kesehatan melalui Prodia Mobile juga mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 913,9 persen menjadi 138.504. Selain itu, perseroan mencatat jumlah pelanggan baru yakni sekitar 1,3 juta pada 2021.
Secara akumulatif, perseroan mencatatkan arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tahun 2021 dalam posisi surplus menjadi sebesar Rp 777,26 miliar, meningkat dari Rp 434,63 miliar pada tahun 2020.
Per 31 Desember 2021, sisa dana hasil penawaran umum Perseroan adalah Rp 404,34 miliar dan total dana IPO yang telah digunakan adalah Rp 744,29 miliar. Dari total dana yang telah digunakan, sebesar Rp 511,72 miliar digunakan untuk pengembangan jejaring outlet, Rp 145,24 miliar untuk peningkatan kemampuan dan kualitas layanan, dan Rp 87,33 miliar untuk modal kerja.
Prodia telah meluncurkan pemeriksaan Anti SARS-CoV-2 Kuantitatif (Spike-RBD) untuk mengukur titer antibodi terhadap virus COVID-19.
Prodia juga meluncurkan pemeriksaan genomik di antaranya Leukemia Phenotyping untuk mendeteksi tipe kanker darah pada pasien leukemia akut, dan NEUROgenomics yang digunakan untuk mengidentifikasi kerentanan genetik seseorang terhadap penyakit yang berkaitan dengan gangguan saraf.
Selain itu, Prodia juga telah berhasil meraih penghargaan Best Disclosure & Transparency untuk kategori emiten dengan kapitalisasi pasar menengah (Mid Cap) pada IICD Corporate Governance Awards ke-12 dan terpilih menjadi salah satu perusahaan Indonesia yang masuk ke dalam daftar Forbes Asia’s Best Under a Billion 2021.
Baca juga: Akreditasi laboratorium penting untuk layanan kesehatan berkualitas
Baca juga: Dirut Prodia sebut peningkatan pemeriksaan kesehatan rutin topang laba
Baca juga: Prodia raih penghargaan CSR terbaik pada Indonesia CSR Awards 2021
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022