"Ini akan menjadi tantangan bagi semua negara yang menavigasi proses pemulihan," ujar Sri Mulyani dalam Webinar Fitch on Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan harga beberapa komoditas saat ini sudah meningkat sangat ekstrim di berbagai belahan dunia.
Sementara itu, volatilitas di pasar modal dan pasar keuangan terjadi karena pemberian sanksi ekonomi berbagai negara kepada Rusia.
Hal tersebut pun diperkeruh dengan kebijakan berbagai negara yang diperketat, mulai dari moneter maupun fiskal.
"Ini semua akan menjadi ancaman yang sangat nyata bagi proses pemulihan ekonomi, baik di negara maju maupun negara berkembang," jelas Sri Mulyani.
Ia menilai global menghadapi cukup banyak risiko ekonomi saat ini, belum ditambah dengan masih adanya pandemi COVID-19 dan gangguan pasokan yang menyebabkan kenaikan inflasi.
Maka dari itu, seluruh dunia saat ini belum bisa secara pasti menerima begitu saja bahwa pemulihan ekonomi akan terus berlanjut dengan kondisi yang masih dipenuhi ketidakpastian.
Meski demikian, lanjut dia, Indonesia cenderung bisa menahan gejolak yang diakibatkan dari berbagai risiko ekonomi tersebut, terutama karena Rusia tak terlalu memberi peran besar terhadap perekonomian domestik secara keseluruhan.
Baca juga: Menkeu: IHSG positif dan rupiah stabil di tengah perang Rusia-Ukraina
Baca juga: Sri Mulyani: Produksi dan konsumsi domestik kuat di tengah Omicron
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022