"Saya mendorong lebih banyak riset terkait bekantan dan ekosistemnya. Kami mendukung sepenuhnya melalui anggaran penelitian dosen yang disiapkan," kata Rektor ULM Prof Sutarto Hadi di Banjarmasin, Kamis.
Menurut dia, riset tentang bekantan sejalan dengan visi ULM untuk dapat mewujudkan universitas terkemuka dan berdaya saing di bidang lingkungan lahan basah.
Sebagaimana diketahui, kata dia, bekantan yang tersebar di hutan bakau, rawa dan hutan pantai jadi objek lahan basah.
Baca juga: Bayi bekantan lahir di Bekantan Rescue Center Banjarmasin
Baca juga: Pemprov Kalsel dukung pengembangan konservasi bekantan di Batola
Untuk itulah, akademisi ULM bisa fokus meneliti upaya restorasi bakau rambai untuk pelestarian satwa bekantan agar semakin lestari.
Dukungan penuh ULM terhadap pelestarian monyet hidung panjang itu juga diwujudkan dalam kerja sama penelitian di Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, yang dikelola Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).
Sutarto selaku pembina SBI mengapresiasi kerja keras Ketua SBI Amalia Rezeki dan tim untuk melestarikan bekantan dan juga upaya konservasi lingkungan lahan basah termasuk menjaga ketersediaan pakan bekantan.
"Saya akan terus memberikan dukungan moril dan material untuk kelanjutan program yang sangat mulia dimotori Amalia Rezeki sebagai kandidat doktor bekantan dari ULM," ucapnya.
Bahkan Sutarto juga menyambut gembira kelahiran bayi bekantan baru-baru ini di Bekantan Rescue Center Banjarmasin sebagai tempat penitipan sementara satwa hasil evakuasi dan serahan warga yang dikelola SBI.
"Ini jadi bukti apa yang dilakukan SBI dalam upaya untuk menjaga kelestarian bekantan telah membuahkan hasil positif sekaligus kado manis jelang Hari Bekantan tanggal 28 Maret," ujar sang Rektor.*
Baca juga: SBI jaga ekosistem lahan basah habitat bekantan
Baca juga: SBI berjuang selamatkan bekantan dari pandemi COVID-19
Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022