• Beranda
  • Berita
  • Benarkah pasien penyakit ginjal tak boleh makan tempe?

Benarkah pasien penyakit ginjal tak boleh makan tempe?

18 Maret 2022 05:05 WIB
Benarkah pasien penyakit ginjal tak boleh makan tempe?
Ilustrasi tempe. (Foto oleh cottonbro dari Pexels)
Di antara beragam pendapat di masyarakat terkait makanan yang tak boleh dikonsumsi pasien penyakit ginjal kronik (PGK) karena bisa memperburuk penyakitnya yakni tempe. Benarkah pendapat ini?

Dokter spesialis gizi klinik di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Anna Maurina Singal, M.Gizi, Sp.GK(K) membantahnya. Menurut dia, kedelai sebagai bahan baku tempe mengandung isoflavon yang dapat membantu memperlambat progresivitas perburukan derajat gagal ginjal.

"Kedelai sering dianggap menjadi salah satu bahan makanan yang tidak baik untuk ginjal. Padahal kedelai mengandung isoflavon yang justru dapat membantu memperlambat progresivitas perburukan derajat gagal ginjal kronik," kata dia melalui siaran pers RSUI, dikutip Jumat.

Menurut Anna, kedelai juga dapat membantu menjaga status nutrisi pada pasien dengan dialisis. Dia tak melarang konsumsi kedelai, namun sebaiknya pasien perlu memperhatikan jumlah asupannya.

Selain tempe, sayuran hijau yang sebagian mengandung kalium juga kerap diangggap dapat memburuk kondisi masalah ginjal. Anna memberikan tips pengolahan sayur yang aman antara lain: mengupas dan memasukkannya ke dalam air dingin agar tidak menggelap, mengirisnya setebal kurang lebih 1/8 inci.

Setelah itu, bilas sayur dengan air hangat selama beberapa detik, rendam selama minimal dua jam dalam air hangat.

"Gunakan sepuluh kali jumlah air untuk jumlah sayuran. Jika perendaman lebih lama, ganti air setiap empat jam," tutur dia.

Selanjutnya, bilas sayuran dengan air hangat lagi selama beberapa detik dan masak sayuran dengan jumlah air lima kali lipat dari jumlah sayuran.

“Batasan asupan buah dan sayur sifatnya sangat individual pada tiap pasien, sehingga penting untuk disesuaikan dengan kadar kalium darah," kata Anna.

Anna mengingatkan, organ ginjal berfungsi mengeluarkan zat sisa dalam tubuh seperti urea dan amonia. Jika ginjal bermasalah, akhirnya zat sisa ini akan tertahan dan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolik.

Pada mereka yang sudah terkena gagal ginjal, maka berisiko tinggi mengalami malnutrisi protein energy wasting (PEW). Malnutrisi ini dapat mengakibatkan meningkatnya progresifitas derajat gagal ginjal kronik. Oleh karena itu, pengaturan diet bagi pasien gagal ginjal kronik sangatlah penting.

Anna lalu menyebutkan beberapa hal yang penting diperhatikan bagi pasien gagal ginjal kronik yakni memantau dan mengetahui kondisi terkini fungsi ginjal dan metabolik terkait, memenuhi kebutuhan kalori sesuai dengan kondisi terkini, memenuhi kebutuhan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral sesuai dengan kondisi terkini dan aktif dalam melakukan aktivitas fisik.

"Tiap pasien memiliki kondisi fungsi ginjal masing-masing, sehingga penting untuk melakukan cek lab secara rutin. Selain itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter gizi atau dietisien terkait pengaturan makanan yang tepat untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik," demikian pesan dia.

Baca juga: Mengulik pengalaman pasien cuci darah dengan segala tantangannya

Baca juga: RS Unud siapkan CRRT untuk pasien COVID-19 dengan gagal ginjal

Baca juga: Polyherbal berperan tingkatkan status nutrisi pasien gagal ginjal

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022