Menurut Prof. Ari, alat-alat medis yang masuk ke Indonesia sama dengan yang berada di luar negeri, bahkan beberapa rumah sakit juga sudah memiliki peralatan berteknologi terkini.
"Kadang-kadang ketika orang bilang di Singapura lebih baik, saya bilang enggaklah. Ketika teknologi ini datang, teknologi di Singapura dan Malaysia juga baru datang, jadi jangan bilang kalau rumah sakit di Indonesia itu alatnya ketinggalan," ujar Prof. Ari ditemui dalam jumpa pers di RSUI, Depok, Jawa Barat, Jumat.
Baca juga: Pemerintah terus undang investor masuk untuk produksi alat medis
Dalam menerima teknologi terbaru untuk bidang medis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Prof. Ari menyebutkan, setidaknya ada tiga hal utama yang harus jadi bahan pertimbangan.
"Kalau bicara soal teknologi, tentu hal pertamanya adalah soal keamanan. Kedua, penggunaannya yang sederhana dan ketiga adalah terlibat dalam risetnya," kata Prof. Ari.
Prof. Ari menyebutkan bahwa para dokter di Indonesia biasanya terlibat dalam riset-riset dari teknologi terbaru di bidang medis. Salah satu teknologi di bidang kesehatan adalah mobile digital X-ray dengan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), yakni FDR Nano.
Prof. Ari mengatakan bahwa penggunaan AI dalam bidang teknologi sangat membantu para dokter untuk penegakan diagnosis. Terlebih lagi jika terdapat diagnosis sebelumnya yang telah tersimpan.
"AI ini akan memudahkan seseorang dokter dalam penegakan diagnosis. Karena ketika gambar ini muncul dan langsung di screen oleh data sebelumnya, maka akan muncul ini kemungkinannya apa. Saya sebagai seorang endoskopi saya juga suka buka buku untuk mencocokkan ini, tapi karena udah ada teknologi ini jadi lebih mudah," kata Prof. Ari.
Baca juga: Ketua MPR: Tarik secara bertahap alat medis bermerkuri
Baca juga: Hitachi, Toshiba, Miraca bangun fasilitas pembuatan alat tes antigen
Baca juga: ITB kembangkan unit disinfeksi APD untuk tenaga medis
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022