Perluasan kerja sama ini tercantum dalam nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Dirut Petrogres Dwi Satriyo Annurogo bersama enam pimpinan anak perusahaan PTPN III holding di Surabaya, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
"Peran Program Makmur bagi petani tebu menjadi sangat penting, karena gula merupakan salah satu komoditas strategis nasional. Untuk bisa menghasilkan produktivitas dan rendemen yang tinggi, maka dibutuhkan sarana dan prasarana pertanian seperti pupuk dan pestisida yang akan dibantu penyediaannya melalui Program Makmur,” ujar Dwi Satriyo dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Dwi Satriyo menyampaikan bahwa esensi dari MoU ini adalah kerja sama antara BUMN dengan petani dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan petani tebu. Hal ini sesuai dengan tujuan Program Makmur yang merupakan akronim dari “Mari Kita Majukan Usaha Rakyat”.
Ia menyebutkan bahwa pada 2021 Petrokimia Gresik telah melaksanakan kerja sama program Makmur dengan PTPN X dan PTPN XI. Kini, Petrokimia Gresik di bawah komando Pupuk Indonesia memperluas jaringan kerja sama program serupa dengan enam anak perusahaan PTPN III holding lainnya yang bergerak di sektor tebu, yakni PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV.
Baca juga: Berantas mafia pupuk subsidi, Petrokimia Gresik gandeng Kejati Sulsel
Program Makmur kolaborasi Petrokimia Gresik dengan PTPN Grup ini akan dilaksanakan di lima provinsi yakni Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, dengan target luas lahan mencapai 60.223 hektare.
“Kami targetkan petani yang terlibat mencapai 28.339 orang dari lima provinsi tersebut,” ujar Dwi Satriyo.
Dalam kerja sama ini, PTPN Grup berperan sebagai offtaker atau pembeli tebu hasil Program Makmur untuk memberikan jaminan pasar kepada para petani. Sedangkan Petrokimia Gresik berperan dalam menjamin ketersediaan dan harga pupuk nonsubsidi, sekaligus memberikan kawalan budidaya pertanian. Diantaranya melalui layanan Mobil Uji Tanah (MUT), konsultasi teknologi pemupukan, rekomendasi dosis pupuk, dan pelaksanaan demonstration plot (demplot) jika dibutuhkan.
“Selain pupuk, kami di Petrokimia Gresik juga memiliki anak perusahaan yang memproduksi pestisida dan insektisida, sehingga kawalannya lengkap,” ujar Dwi Satriyo.
Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero) selaku induk holding Petrokimia Gresik menyebutkan bahwa Menteri BUMN Erick Thohir telah membentuk Project Management Office (PMO) Makmur, dengan komoditas utama padi, jagung, tebu, dan kopi.
“Untuk itu, kami meminta kepada seluruh anak perusahaan dan perusahaan afiliasinya untuk ikut membantu perluasan program Makmur,” tandas Gusrizal.
Sementara itu, Direktur Utama holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani menyatakan bahwa pangan merupakan isu global dimana kepentingan nasional ke depan akan semakin meningkat. Untuk itu, BUMN seperti Pupuk Indonesia, PTPN, ID Food, dan sebagainya, dituntut untuk bisa meningkatkan kemandirian dan kedaulatan pangan, salah satunya melalui kolaborasi dalam Program Makmur.
Ghani juga meyakini bahwa kolaborasi perusahaan BUMN melalui kemitraan Program Makmur dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petani. Karena dalam ekosistem ini semua sarana produksi yang dibutuhkan akan dapat terpenuhi secara tepat waktu dan dengan harga terjangkau.
“Selain itu tentunya pendampingan budidaya dari Pupuk Indonesia dan PTPN grup diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan produksi nasional, yang bermuara kepada kesejahteraan petani,” ujarnya.
Sebagai informasi, Makmur merupakan program Kementerian BUMN yang bertujuan untuk menciptakan suatu ekosistem budi daya pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi, dengan melibatkan berbagai stakeholder di bidang sektor pertanian. Ada tujuh BUMN yang ditunjuk Kementerian BUMN sebagai penanggungjawab program ini, yaitu ID Food, Pupuk Indonesia, PTPN III, Perhutani, BRI, Askrindo, dan Asuransi Jasindo.
Target Program Makmur yang dipercayakan Pupuk Indonesia kepada Petrokimia Gresik di tahun 2022 meningkat lima kali lipat dari tahun 2021, dari 16.000 hektare menjadi 85.000 hektare. Rinciannya 40.000 hektare untuk komoditas pangan (padi, jagung dan kedelai), 37.000 hektare untuk komoditas perkebunan (tebu dan kelapa sawit), serta 8.000 hektare untuk hortikultura (bawang merah, benih hortikultura, kentang dan cabai).
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022