"Indonesia menjadi Presidensi G20 sebagai kesempatan untuk mengakhiri TB secara global dalam meningkatkan pembiayaan secara global hingga komunitas," kata Didik Budijanto dalam Temu Media secara virtual dalam rangka Hari TB Sedunia 2022 yang diikuti dari aplikasi Zoom di Jakarta, Selasa.
Didik mengatakan TB merupakan masalah kesehatan utama di dunia, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada 2021 melaporkan ada sekitar 9,9 juta kasus TB di dunia.
Baca juga: Pakar: Tuberkulosis di Indonesia harus ditangani bersama
Sementara Indonesia menempati peringkat tiga setelah India dan China dengan jumlah kasus 824 ribu atau setara 93 ribu per tahun. "Kalau dibagi waktu, setara 11 kematian per jam karena TB di Indonesia," katanya.
Didik mengatakan 91 persen kasus di Indonesia merupakan TB paru-paru yang berpotensi menularkan kepada orang sehat di sekitarnya. "Satu kasus TB berpotensi menularkan kepada 15 orang di sekitarnya," katanya.
Pandemi COVID-19 di Indonesia, kata Didik, menghambat upaya pelacakan kasus. Dari estimasi jumlah kasus TB di Tanah Air mencapai 824 ribu pasien, baru 49 persen diantaranya yang berhasil terdeteksi dan diobati.
"Sehingga, masih ada 421 ribu lebih orang belum diobati dan menjadi sumber penularan kepada orang di sekitarnya," katanya.
Menurut Didik, upaya memutus rantai penularan TB dilakukan pemerintah dengan pelacakan kasus agar penukaran bisa dicegah sedini mungkin serta memberikan pengobatan secara berkala hingga sembuh kepada pasien.
Penanggulangan TB di Indonesia dilakukan lewat peran multisektor berdasarkan acuan Perpres Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TB. Tiga hal penting di dalamnya adalah menanggulangi TB melalui dukungan lintas sektor dan masyarakat, menerapkan strategi nasional penanggulangan TB 2020-2024 dan mencapai eliminasi TB pada 2030.
Baca juga: Menko PMK khawatirkan tingginya kasus TBC berisiko tulari anak-anak
Baca juga: Kemenkes ajak masyarakat cegah TBC dengan berolahraga
Didik menambahkan investasi dalam upaya penanggulangan TB di Indonesia telah terintegrasi dengan program pengendalian pandemi COVID-19, di antaranya melalui pemenuhan SDM, pengadaan berbagai alat diagnosa hingga ke seluruh provinsi, serta pengembangan infrastruktur penanganan kasus TB.
"Kami punya yang namanya aplikasi Sobat TB untuk skrining gejala TB pada populasi yang berisiko dan kontak erat pasien. Ini semacam integrasi program penanggulangan COVID-19. Momentum ini memperkuat 3T terhadap TB. Ini penting demi efisiensi," katanya.
Selain itu, Kemenkes juga menggagas program skrining TB berskala besar dengan memanfaatkan peralatan X-Ray kecerdasan buatan untuk memberikan hasil diagnosis TB yang cepat dan efisien.
"Investasi penanggulangan TB yang baik dapat membangun kesiapsiagaan pandemi infeksi menular melalui udara lainnya di masa mendatang," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022