• Beranda
  • Berita
  • PLN: Dedieselisasi akan mereduksi emisi dan meningkatkan bauran energi

PLN: Dedieselisasi akan mereduksi emisi dan meningkatkan bauran energi

23 Maret 2022 13:54 WIB
PLN: Dedieselisasi akan mereduksi emisi dan meningkatkan bauran energi
Wisatawan domestik mengunjungi situs wisata tsunami kapal PLTD Apung di Banda Aceh, Aceh, Sabtu (19/3/2022). . ANTARA FOTO / Irwansyah Putra/nz. (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)

Dalam tahap pertama direncanakan sekitar 212 megawatt PLTD di sekitar 183 lokasi akan dikonversi menjadi hybrid dengan PLTS dan battery energy storage system (BESS),

PT PLN (Persero) mengumumkan komitmen pengurangan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) untuk mereduksi emisi karbon dan meningkatkan bauran energi baru terbarukan di Indonesia.

Direktur Mega Proyek PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan pihaknya kini menjalankan program konversi PLTD ke energi baru terbarukan dengan total 499 megawatt yang akan menurunkan pemakaian BBM sebanyak 67 ribu kiloliter, menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 0,3 ton, serta meningkatkan bauran energi sebesar 0,15 persen.

"Dalam tahap pertama direncanakan sekitar 212 megawatt PLTD di sekitar 183 lokasi akan dikonversi menjadi hybrid dengan PLTS dan battery energy storage system (BESS)," kata Wiluyo dalam diskusi bertajuk renewable technology as driver for Indonesia's de-dieselization yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Baca juga: PLN habiskan 2,7 juta kiloliter minyak untuk menyalakan listrik

PLN memiliki 5.200 unit pembangkit listrik diesel yang tersebar di 2.130 lokasi di Indonesia dengan total konversi mencapai 1.873 megawatt.

Pada 2022, ribuan pembangkit listrik diesel itu menghabiskan 2,7 juta kiloliter bahan bakar minyak dengan nilai mencapai Rp16 triliun. Melalui program dedieselisasi, PLN berupaya mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil terutama minyak bumi dan mulai beralih ke energi baru terbarukan yang murah, efektif, dan efisien untuk menerangi Indonesia.

Dalam program dedieselisasi, PLN akan menerapkan konsep tender baru untuk mengoptimalkan proyek tersebut.

Konsep pertama adalah clustring atau pembagian lokasi. Program dedieselisasi tahap pertama akan dibagi menjadi delapan kluster dengan jumlah PLTD yang dikonversi sebesar 14 sampai 55 megawatt di setiap kluster

Klusterisasi tersebut akan meningkatkan ukuran proyek dan juga nilai ekonomi proyek, sehingga menjadi menarik bagi investor yang akan berpartisipasi.

Baca juga: PLN tandatangani sejumlah komitmen energi hijau di ETWG Yogyakarta

Konsep kedua adalah mengakomodasi pertumbuhan permintaan melalui skema modular incremental development dengan menambah kapasitas secara bertahap. Model ini cocok untuk wilayah objek yang terpencil di mana karakteristik pertumbuhan beban listrik berbeda dengan daerah-daerah kota besar dan cenderung stabil.

Konsep ketiga adalah membuka teknologi yang digunakan dalam proyek ini untuk memberikan lebih banyak ruang pada inovasi dan persaingan teknologi untuk mendapatkan fotovoltaik dan baterai yang paling efisien, andal, dan kompetitif di pasar.

PLN telah meluncurkan pengadaan dedieselisasi pada 1 Maret 2022 dan sudah mengundang semua pengembang yang terdaftar dalam daftar penyedia tetap (DPT) untuk mengikuti lelang tersebut. Pengadaan pada program dedieselisasi tahap satu ini akan dilakukan dalam beberapa batch di mana setiap batch terdiri dari beberapa kluster.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN menargetkan pembangunan pembangkit energi baru terbarukan mencapai 51,6 persen atau sebesar 20,93 gigawatt dengan rincian hidro 10,4 gigawatt, pembangkit panas bumi 3,4 gigawatt, pembangkit solar fotovoltaik 4,7 gigawatt, dan energi terbarukan lainnya sebesar 2,5 gigawatt.

"Pengembangan 4,7 gigawatt fotovoltaik ini tentunya termasuk program dedieselisasi berupa program konversi antara PLTD dengan PLTS secara hybrid," pungkas Wiluyo.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022