“Pustakawan adalah penanggung jawab peradaban bangsa. Kalau mau menghancurkan peradaban sebuah bangsa, hancurkan perpustakaannya. Kalau kita ingin membangun peradaban suatu bangsa, bangunlah perpustakaannya," ujarnya dalam pembukaan Rakornas Perpustakaan mengangkat tema “Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional” di Jakarta, Selasa.
Oleh karenanya, digitalisasi perpustakaan bukan lagi menjadi pilihan tetapi sudah menjadi keharusan.
Sebagai induk dari seluruh bentuk perpustakaan di Indonesia, Perpustakaan Nasional harus membangun ekosistem nasional untuk mentransformasi keberadaan perpustakaan menjadi sumber belajar.
“Tingkat keberhasilan perpustakaan itu tak lagi berapa banyak yang berkunjung atau 'minjam' (meminjam) buku, tapi setelah dia datang ke perpustakaan, apa produk atau output yang dihasilkan,” kata Muhadjir.
Baca juga: Menko PMK dorong fungsi pustakawan berjalan optimal
Ia menekankan bahwa perpustakaan harus hadir di seluruh pelosok negeri, termasuk ke desa-desa.
Pemerintah telah menganggarkan dana perpustakaan melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk mencapai tujuan itu.
“Perpustakaan mobil atau perpustakaan bergerak juga terus dijalankan, apalagi peta jalan literasi saat ini masih belum berjalan maksimal, karena efek COVID-19 sangat terasa. Tapi semoga target yang direncanakan pemerintah melalui RPJMN juga bisa terealisasi dengan cepat,” kata dia.
Untuk mewujudkan manusia yang berkualitas dan berdaya saing, maka pembangunan manusia harus didasarkan pada layanan dasar dan perlindungan sosial, peningkatan produktivitas dan pembentukan karakter.
Baca juga: Pustakawan harap perpustakaan daerah optimalkan fungsi pusat komunitas
Dalam era digital arus informasi sudah mudah dijangkau, bahkan dunia mengalami kelimpahruahan sumber-sumber belajar, dan begitu mudahnya untuk mengakses sumber belajar itu.
Muhadjir Effendy mendukung Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2022 yang mengambil tema digitaslisasi, karena masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini adalah seputar perilaku masyarakat di dunia maya.
“Sekarang masalah utamanya justru nilai. Masalah aksiologi. Oleh karena itu sekarang harus pandai betul memilih bahan belajar. Karena bahan belajar itu tersedia begitu sangat lengkap, bahkan bercampur aduk dengan sampah,” kata dia.
Rakornas Perpustakaan digelar secara bauran, dengan peserta yang hadir secara luring (tatap muka) sekitar 750 orang, dengan peserta terbanyak sekitar 10.000 orang hadir secara daring.
Baca juga: Pustakawan berperan dalam keterbukaan akses sains
Baca juga: Perpusnas: Kompetensi pustakawan harus sesuai paradigma baru
Baca juga: Perpusnas: Pustakawan harus berorientasi pada kepuasan pemustaka
Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022