• Beranda
  • Berita
  • Petani dan nelayan kelompok paling terdampak fenomena perubahan iklim

Petani dan nelayan kelompok paling terdampak fenomena perubahan iklim

30 Maret 2022 13:54 WIB
Petani dan nelayan kelompok paling terdampak fenomena perubahan iklim
Tangkapan layar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati bersama anggota Komisi V DPR RI Sudjadi melakukan ekspos terapan Sekolah Lapang Iklim untuk para petani Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dalam peringatan Puncak Hari Meteorologi Dunia ke-72 secara daring diikuti di Jakarta, Rabu (30/3/2022). (Antara/Devi Nindy)

Dapat mengancam keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan petani dan nelayan merupakan kelompok paling rentan terdampak fenomena perubahan iklim dunia.

"Hal tersebut dapat mengancam keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia," ujar Dwikorita dalam sambutannya memperingati Puncak Hari Meteorologi Dunia ke-72 secara daring diikuti di Jakarta, Rabu.

Dwikorita mengatakan sejak tahun 2011 BMKG telah melakukan secara rutin mengadakan Sekolah Lapang Iklim setiap tahun dan berkelanjutan untuk memberikan pemahaman dan kemampuan petani dan nelayan dalam membaca cuaca dan iklim, serta beradaptasi secara tepat untuk meningkatkan produksi panen dan tangkapan ikannya.

"Lebih dari 22.600 petani dan nelayan dari berbagai penjuru Tanah Air telah dilatih dan diberdayakan. Namun tentunya itu belum cukup untuk memperkuat ketahanan dan ketangguhan petani dan nelayan di Indonesia yang berjumlah lebih dari 35 juta," ujar dia melanjutkan.

Menurut Dwikorita, kegiatan tersebut masih perlu lebih digencarkan secara lebih masif. Oleh sebabnya, BMKG terus mengundang dan mengajak berbagai pihak dari pemerintah, terutama kalangan swasta, juga akademisi dan masyarakat serta media untuk berkolaborasi demi mewujudkan satu juta petani dengan satu juta nelayan per tahun makin produktif, handal dan berketahanan iklim serta tangguh bencana.

Baca juga: Presiden tekankan pentingnya edukasi kebencanaan berkelanjutan

Baca juga: BMKG ajak warga berperan aktif dalam mitigasi perubahan iklim


Dwikorita juga mengungkapkan rasa terima kasih atas terobosan dari Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, dengan menetapkan keputusan Presiden nomor 46 dan 48 tahun 2002, menetapkan badan meteorologi dan geofisika (BMG) sebagai lembaga pemerintah non departemen di bawah presiden. Sebelumnya lembaga tersebut masih merupakan badan yang berada di bawah Departemen Perhubungan.

"Kebutuhan tersebut sangat tepat dalam membangun dan memodernisasikan BMKG sehingga menjadi lebih handal dalam melakukan mitigasi dan pengurangan risiko bencana, serta membangun serta mendukung pembangunan multisektor," ujar dia.

Dalam kesempatan tersebut, acara diisi dengan arahan Presiden RI Joko Widodo untuk peringatan Hari Meteorologi Dunia, dan keynote speech oleh tokoh pelopor penguatan dan modernisasi BMKG sekaligus Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.

BMKG melakukan ekspose monitoring dan pengawasan atmosfer global oleh Stasiun Global Atmospheric Watch (GAW) BMKG di Bukit Koto Tabang, Sumatra Barat.

Selain itu, BMKG juga melakukan ekspose Sekolah Lapang Iklim di Magelang, Jawa Tengah; Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Belitung, Kepulauan Bangka Belitung; Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Kupang, Nusa Tenggara Timur; serta Sekolah Lapang Gempa Yogyakarta, DIY.

Pada acara tersebut, Dwikorita bersama anggota Komisi V DPR RI Sudjadi berada lereng Gunung Sumbing di Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah melakukan ekspos terapan Sekolah Lapang Iklim untuk para petani, dan mengajak keterlibatan stakeholder untuk mewujudkan satu juta petani produktif.

Baca juga: Hari Meteorologi Dunia, momentum BMKG perkuat peringatan dini

Baca juga: Sekolah Lapang, ikhtiar untuk kesejahteraan dan keselamatan

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022