• Beranda
  • Berita
  • BPOM di Palu: Kenali ciri-ciri takjil mengandung bahan berbahaya

BPOM di Palu: Kenali ciri-ciri takjil mengandung bahan berbahaya

3 April 2022 17:58 WIB
BPOM di Palu: Kenali ciri-ciri takjil mengandung bahan berbahaya
Seumlah pedagang menjajakan makanan berbuka puasa atau takjil di Pasar Ramadhan dan Kuliner Kota Palu di samping Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Palu, Minggu (3/4). ANTARA/Muhammad Arsyandi

di antaranya takjil yang memiliki warna mencolok dan cenderung berpendar disertai banyak muncul titik-titik aneh dan mencurigakan

Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Palu, Sulawesi Tengah, Agus Riyanto meminta masyarakat mengenali ciri-ciri makanan berbuka puasa atau takjil yang mengandung bahan berbahaya.

"Ada beberapa ciri takjil yang mengandung bahan berbahaya yang dapat diketahui oleh masyarakat, di antaranya takjil yang memiliki warna mencolok dan cenderung berpendar disertai banyak muncul titik-titik aneh dan mencurigakan," kata Agus Riyanto dihubungi di Kota Palu, Minggu.

Ia tidak ingin umat Islam di Sulteng yang menjalani ibadah selama bulan suci Ramadhan harus terganggu kesehatannya karena mengkonsumsi takjil yang mengandung bahan-bahan berbahaya yang kerap dicampurkan ke dalam makanan seperti formalin, boraks, rhodamin B dan methanil yellow.

Baca juga: BPOM: Masyarakat Sulteng mesti waspada dan selektif pilih air minum

Kemudian, lanjutnya, jika takjil mengandung bahan berbahaya berupa gorengan, bisanya memiliki tekstur yang sangat renyah dan memiliki rasa yang ketir. Tekstur renyah dan memiliki rasa yang ketir disebabkan kandungan boraks yang dicampurkan ke dalam gorengan tersebut.

"Saya imbau kepada masyarakat agar memilih takjil yang sehat dan bebas dari tiga cemaran yakni cemaran fisik, cemaran kimia dan cemaran geologis," ujarnya.

Agus mencontohkan cemaran fisik seperti takjil yang mengandung bahan-bahan asing misal kerikil atau rambut.

Baca juga: BPOM: Uji stabilitas penentu batas kedaluwarsa vaksin

Ia juga menyarankan masyarakat tidak membeli takjil yang dikemas dalam kertas bekas, kertas koran atau dibungkus dalam kantong plastik berwarna hitam.

"Sebab ada potensi takjil tersebut tercemar bahan kimia berbahaya dari kemasan tersebut. Kalau cemaran biologis tidak bisa kita lihat dalam takjil menggunakan mata telanjang, tapi kita bisa lihat dari pedagang yang menjual takjil itu, apakah dia menerapkan sanitasi yang higienis pada kemasan takjil dan lapak dagangannya serta di sekitar lapak dagangannya atau tidak," ucapnya.

Selain itu, Agus mengatakan masyarakat dapat memeriksa kandungan takjil atau pangan olahan siap saji dengan memeriksa secara teliti kemasan, label, izin edar dan tanggal kedaluwarsanya.

Baca juga: BPOM tunggu data uji klinik vaksin COVID-19 untuk balita

Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022