• Beranda
  • Berita
  • BPBD Cilacap: 121 jiwa masih mengungsi akibat longsor di Kutabima

BPBD Cilacap: 121 jiwa masih mengungsi akibat longsor di Kutabima

4 April 2022 15:48 WIB
BPBD Cilacap: 121 jiwa masih mengungsi akibat longsor di Kutabima
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Wijonardi (baju oranye) memantau proses pembukaan ruas jalan yang tertimbun longsor di Desa Kutabima, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap. ANTARA/HO-BPBD Cilacap.

dibutuhkan waktu satu bulan untuk menormalkan kembali

Sebanyak 121 jiwa masih mengungsi akibat bencana tanah longsor di Desa Kutabima yang terjadi pada Kamis (31/3) malam, kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wijonardi.

"Pengungsi masih seperti data kemarin, 121 jiwa, sudah terurus dengan baik. Perlogistikan mencukupi kebutuhan dua bulan insyaallah cukup," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Senin siang.

Oleh karena itu, kata dia, bagi donatur yang ingin memberikan bantuan sebaiknya dalam bentuk uang tunai, sehingga dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemulihan pascabencana.

Dalam hal ini, dana sumbangan tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak.

"Masyarakat yang terdampak bencana ini otomatis pendapatannya akan menurun, sehingga jangan dipaksa untuk swadaya, tidak akan mampu. Jadi, kalau mau membantu sebaiknya untuk mendukung kegiatan pascakebencanaan, untuk memperbaiki sarana-prasarana jalan dan jembatan yang rusak kan butuh biaya besar," katanya.

Baca juga: Basarnas: Seluruh korban longsor di Banyumas telah ditemukan
Baca juga: Tujuh kecamatan di Cilacap-Jateng dilanda bencana hidrometeorologi

Lebih lanjut, Wijonardi mengatakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga memberikan perhatian serius terhadap bencana tanah longsor di Dusun Citulang, Desa Kutabima, Kecamatan Cimanggu, Cilacap.

Bahkan, kata dia, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memerintahkan langsung Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) I Jawa Tengah untuk membantu Pemerintah Kabupaten Cilacap dalam melakukan kajian dan penghitungan teknis di lokasi bencana tanah longsor tersebut.

"Hari ini (4/4) masih dilakukan asesmen terhadap bencana tanah longsor di Kutabima. Kerusakan paling berat itu jembatan yang putus ke arah Pesahangan dan di lokasi terdampak," katanya.

Selain itu, kata dia, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy juga proaktif membantu kegiatan normalisasi Sungai Cireueui yang terkena material longsoran meskipun sungai tersebut merupakan kewenangan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah.

"Oleh karena terjadi bencana dan lokasinya dekat, BBWS Citanduy ikut membantu mengirimkan satu unit alat berat. Dari Kementerian PUPR juga mengirimkan alat berat ke lokasi, insyaallah akan mempercepat pekerjaan penanganan longsor meskipun harus berpacu dengan hujan," katanya menjelaskan.

Baca juga: BNPB laporkan 1.175 bencana alam selama periode 1 Januari-3 April
Baca juga: Tebing Bukit Kasangkah Pamekasan longsor

Ia mengakui pada hari Minggu (3/4) telah dilakukan kerja bakti dalam rangka penanganan darurat untuk membuka jalan yang tertimbun longsor.

Dari hasil uji coba, titik longsor tersebut sudah bisa dilalui kendaraan roda dua namun belum bisa sepenuhnya menjangkau lokasi longsor di Dusun Citulang karena ada satu titik longsoran terberat.

"Paling tidak dibutuhkan waktu satu bulan untuk menormalkan kembali," katanya.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Cilacap, bencana tanah longsor yang terjadi pada Kamis (31/3) malam mengakibatkan tiga unit rumah tertimbun material longsoran, dua unit rumah rusak berat, tiga unit rumah rusak ringan, dan 49 unit rumah terancam longsor.

Selain itu, satu buah jembatan putus, satu titik jalan longsor, serta berdampak terhadap 2 hektare lahan sawah dan 2 hektare lahan perkebunan.

Kendati tidak menimbulkan korban jiwa, bencana tanah longsor tersebut mengakibatkan dua ekor sapi dan 16 ekor kambing hilang. 

Baca juga: BPBD Trenggalek imbau warga waspada tanah bergerak pemicu longsor

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022