Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan pada akhir musim hujan April ini, curah hujan diprediksi akan terjadi lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
"Kondisi ini, disebabkan tingginya aktivitas pembentukan awan konvektif yang disebabkan oleh faktor labilitas atmosferik lokal," kata Teguh di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Ketika curah hujan meningkat, menurutnya potensi bencana hidrometeorologi juga meningkat. Terutama, kata dia, fenomena alam yang berpotensi terjadi yakni angin kencang atau angin puting beliung hingga hujan es.
Baca juga: Hujan deras sebabkan longsor di Nagreg-Bandung, satu korban tewas
Baca juga: BMKG sebut Siklon Tropis Paddy sebabkan 4 hari Bandung tak hujan
"Perubahan cuaca yang dinamis juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan menurunnya stamina atau imunitas tubuh," kata dia.
Selain itu, peralihan musim ini menurutnya berpotensi membuat suhu di wilayah Bandung Raya lebih dingin karena adanya proses pendinginan evaporatif. Teguh mengatakan proses pembentukan awan konvektif diawali oleh proses evaporasi.
"Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air, dari kondisi cair menjadi gas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pendinginan di lingkungan terjadinya evaporasi atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif," kata dia.
Dia menjelaskan pendinginan evaporatif adalah pendinginan udara karena penyerapan panas laten molekul air. Ketika air menguap, proses penguapan membutuhkan energi panas (kalor) dari lingkungan agar penguapan terjadi.
"Dengan menghilangkan kalor dari udara, maka udara menjadi dingin," kata Teguh.*
Baca juga: Hujan deras dan angin kencang di Kota Bandung tumbangkan tujuh pohon
Baca juga: Hujan deras sebabkan longsor di TPU Cikutra Bandung
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022