Pameran "Kembara Biru" merupakan hasil kontemplasi dari Theresia saat berada di rumah selama masa pandemi. Sebagai seorang ibu, pendidik, dan perupa, Theresia merefleksikan pengalamannya saat memperhatikan aktivitas anak-anak yang terus-menerus menatap layar digital selama sekolah daring.
Melalui "Kembara Biru", perupa yang berbasis di Yogyakarta itu ingin mengundang anak-anak dan orang tua untuk berhenti sejenak atau beristirahat dari layar digital. Theresia mengatakan dirinya juga ingin mendorong agar kreativitas dan daya motorik anak-anak bertambah dan bekerja.
"'Kembara Biru' itu seperti melambangkan kreativitas anak-anak. Seperti saat kita melihat langit biru, bahwa langit itu kan tanpa batas, jadi kreativitas atau imajinasi anak-anak sebetulnya tanpa batas," ujar Theresia dalam konferensi pers yang berlangsung secara daring dan luring dari Museum Macan, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Museum MACAN bisa "dijelajahi" meski Anda #dirumahaja
Direktur Museum MACAN Aaron Seeto menilai kehadiran instalasi "Kembara Biru" menjadi momen yang spesial saat ini mengingat anak-anak lebih banyak berinteraksi dan belajar secara virtual selama dua tahun terakhir. Menurutnya, instalasi ini menjadi upaya untuk menghubungkan kembali kreativitas dan imajinasi anak-anak dengan hadir secara fisik.
"Dua tahun terakhir, pendidikan berlangsung secara daring terus-menerus. Dan kita butuh memikirkan kembali hal tersebut, mewujudkan imajinasi dengan tangan kita sendiri," katanya.
Ruang instalasi "Kembara Biru" menampilkan kombinasi warna biru dan putih yang identik dengan warna langit. Di dalam ruangan terdapat susunan lengan-lengan kemeja putih yang menyerupai bentuk awan pada bagian langit-langit.
"Di dalam sana ada media kain yang berbentuk kemeja tangan. Itu melambangkan kreativitas, kamu punya dua tangan tapi kamu bisa melebihi itu. Jadi tidak hanya dua tangan itu yang bekerja," kata Theresia.
Selain itu, ruang instalasi menampilkan grafis berbentuk awan yang dibuat Theresia dengan menggunakan metode cetak karbon. Formasi awan ini memiliki kantung transparan yang memungkinkan pengunjung melampirkan karya seni yang mereka buat.
Ruang "Kembara Biru" tak hanya bertujuan untuk menghadirkan karya instalasi fisik seniman, tetapi juga menyediakan ruang bagi pengunjung untuk berinteraksi secara langsung, belajar dan berkreasi dengan memanfaatkan kertas karbon yang dapat dikombinasikan dengan benda-benda kecil yang dapat ditemui sehari-hari.
Tak hanya itu, "Kembara Biru" juga dirancang untuk menghubungkan siswa dan sekolah di seluruh Indonesia melalui serangkaian lokakarya daring dan luring yang akan diikuti oleh sejumlah sekolah dari berbagai wilayah di Indonesia.
Untuk mendorong lebih banyak anak dan keluarga berpartisipasi dalam kegiatan kreatif dan pembuatan pameran di rumah, tutorial dan lokakarya juga akan tersedia untuk masyarakat umum di kanal media sosial dan YouTube Museum Macan.
Instalasi "Kembara Biru" akan dibuka mulai 9 April hingga 30 Oktober 2022. Adapun tiket berkunjung dapat dipesan sejak Selasa (5/4).
Baca juga: Museum MACAN siapkan pameran luring dan program virtual tahun depan
Baca juga: Museum MACAN hadirkan pameran "Kisah Antah-berantah"
Baca juga: Museum MACAN buat Arisan Karya edisi ketiga
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022