"Social commerce menjadi kanal promosi yang efektif untuk menjangkau produk perdagangan. Hal ini didukung dengan pengguna aktif media sosial Indonesia diprediksi mencapai 191,4 juta atau 68 persen dari total populasi," kata Nina dalam diskusi secara hibrida, Kamis.
Selain itu, lanjut Nina, promosi di media sosial juga mudah untuk dilakukan, tanpa harus pindah platform.
Baca juga: Aplikasi social commerce terbaru untuk pengusaha
Namun, Nina mengingatkan transaksi perdagangan di social commerce memiliki sejumlah risiko dan tantangan bila dibandingkan platform e-commerce dan marketplace.
"Seperti tingkat perlindungan konsumen yang rendah, masih banyak barang yang tidak sesuai standar dan menyalahi peraturan, dan nilai transaksi yang terjadi tidak terekam di platform," kata Nina.
Nina juga mengatakan, terdapat kemungkinan risiko di balik potensi baik di social commerce. Misalnya praktik perdagangan tidak sehat (predatory pricing); potensi kejahatan seperti pencucian uang (money laundry).
Lalu, penjualan barang yang tidak sesuai standar yang membahayakan konsumen; beredarnya barang palsu/imitasi barang bermerek; dan adanya keterbatasan pemerintah daerah dalam pembinaan UMKM yang meliputi pengawasan dan memasukkan mereka ke ekosistem perdagangan digital.
Lebih lanjut, Nina mengatakan terdapat regulasi untuk melindungi konsumen serta pengusaha di ruang digital. Pertama adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 80 Tahun 2020 dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 50 Tahun 2019.
Regulasi ini mengatur ketentuan yang wajib dipatuhi oleh pelaku usaha di social commerce, seperti harus memiliki perizinan usaha sesuai ketentuan perundangan; barang dan jasa yang diperdagangkan dan konten informasi yang dipublikasikan harus sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
Selanjutnya, harus menyediakan layanan pengaduan konsumen bagi pengguna; menyediakan fasilitas pelaporan tentang iklan/konten yang melanggar ketentuan perundangan; memiliki fasilitas untuk take down konten; serta melakukan pembinaan untuk meningkatkan daya saing UMKM dan promosi produk dalam negeri.
"Untuk itu, sesuai arahan presiden, pemerintah diharapkan dapat memanfaatkan potensi ekonomi digital di antaranya akselerasi transformasi digital pada sektor perdagangan secara inklusif dan berkelanjutan," kata Nina.
Sebagai informasi, social commerce merupakan istilah usaha menjual produk secara langsung dengan memanfaatkan media sosial. Tak jarang pelaku usaha memasarkan dan bertransaksi di platform media sosial alih-alih di platform e-dagang (e-commerce) dan lokapasar (marketplace).
Baca juga: "Social commerce" syariah Berkahi hadir ingin bantu UMKM
Baca juga: Woobiz usung konsep social commerce dorong perempuan berwirausaha
Baca juga: Menparekraf dorong UMKM ambil bagian di tatanan ekonomi baru
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022