Pengamat pertanian dari Universitas Gadjah Mada Jangkung Handoyo Mulyo mengatakan bahwa Badan Pangan Nasional (Bapanas) harus memiliki neraca pangan dengan data tunggal agar bisa melakukan tata kelola kebijakan pangan nasional dengan baik.Yang kita perlukan adalah neraca pangan yang kalau dilihat dari datanya dia adalah single data, datanya harus tunggal, data nasional,
"Yang kita perlukan adalah neraca pangan yang kalau dilihat dari datanya dia adalah single data, datanya harus tunggal, data nasional," kata Jangkung dalam webinar tentang pengoptimalan peran Bapanas yang diselenggarakan oleh Pataka di Jakarta, Kamis.
Jangkung menyebutkan apabila setiap kementerian-lembaga masing-masing memiliki data tersendiri terkait komoditas pangan dengan angka yang berbeda-beda akan membuat informasi menjadi rancu yang akan berdampak pada pengambilan kebijakan terkait pangan.
"Oleh karena itu data tunggal nasional menjadi prasyarat penting kalau kita akan berbicara tentang sistem neraca pangan nasional," kata Jangkung.
Baca juga: Bapanas akan optimalkan peran Bulog cadangkan pangan selain beras
Selain itu, Jangkung menerangkan bahwa neraca pangan juga harus data yang valid dan reliabel atau bisa dipercaya. Data neraca pangan secara nasional harus akurat dan merepresentasikan kondisi pangan yang sesuai jumlahnya dengan yang ada di lapangan.
Karakter lain yang harus ada dalam sistem neraca pangan nasional yaitu data yang terus menerus diperbarui secara berkala. "Karakter yang lain adalah harus selalu update. Maka menjadi penting adanya sistem informasi pangan nasional yang kemudian bisa menyiapkan data dengan karakter tadi, karena data itu muaranya akan dianalisis dan akan digunakan sebagai input untuk kebijakan pangan nasional," kata Jangkung.
Baca juga: Badan Pangan Nasional dorong penguatan konektivitas pasar
Jangkung menjabarkan bahwa dengan adanya neraca pangan nasional akan menghindarkan dari kebijakan importasi yang tidak perlu, atau bahkan mencegah kegaduhan terkait impor pangan.
"Misalnya komoditas tertentu, kalau kita bisa mempunyai data yang update tidak perlu ada kegaduhan setiap tahun tentang perlu tidaknya impor. Perlu tidaknya impor tidak harus jadi kegaduhan, tapi cukup kita lihat pada neraca pangan. Jadi jangan sampai isu impor itu kemudian mempengaruhi harga, kemudian ujung-ujungnya tidak akan menguntungkan," kata dia.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022