Otoritas kesehatan Taiwan pada Selasa melaporkan satu kasus kematian akibat COVID-19 yang menimpa seorang anak berusia dua tahun asal Kota New Taipei.Anak saya berubah dari aktif dan sadar menjadi tidak aktif. Butuh lebih dari dua jam baginya untuk dikirim ke rumah sakit. Bukankah itu menunjukkan penundaan selama proses?
Bocah laki-laki dari New Taipei menjadi kasus kematian pertama pada anak sejak pandemi COVID-19 dimulai, tulis kantor berita CNA.
Pihak rumah sakit mengaku telah bekerja keras untuk memberikan pertolongan kepada bocah yang dinyatakan positif COVID-19 sejak Kamis (14/4) dengan dirawat di ICU.
Namun nyawa bayi tersebut tak tertolong karena ensefalitis batang otak yang diakibatkan oleh septikemia yang dipicu oleh infeksi COVID-19.
Bayi tersebut meninggal pada pukul 03.46 waktu setempat (02.46 WIB) saat berada di sisi kedua orang tuanya, demikian pihak rumah sakit.
Saat tiba di rumah sakit pada Kamis (14/4), pasien tersebut mengalami demam tinggi dan dokter segera memasang ventilator.
Oleh karena infeksi yang sangat parah, beberapa tenaga medis di Rumah Sakit Shuang Ho bersama dengan para dokter Rumah Sakit National Taiwan Univesity (NTUH) telah bersusah payah memberikan pertolongan.
Setelah berkonsultasi dengan pihak NTUH, para dokter sepakat bahwa tingkat keparahan infeksi si anak tersebut sangat cepat dan kondisinya sangat memburuk, tidak seperti biasanya, demikian pernyataan Kepala RS Shuang Ho, Cheng Yi Chun.
Kedua orang tua bayi tersebut mengkritik kebijakan otoritas setempat karena merasa terhambat faktor birokrasi saat berusaha keras mendapatkan pelayanan medis untuk anaknya.
Namun kritik tersebut disanggah oleh Menteri Kesehatan Taiwan Chen Shih Chung dengan mengungkapkan bahwa ibu dari bayi itu telah dua kali menghubugi nomor hotline 1922 pada Kamis (14/4) pukul 05.42 dan 18.09.
Baca juga: Muncul kasus di kediaman, pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen negatif COVID
Kedua orang tua bayi menanggapinya bahwa hal itu sama sekali tidak mencerminkan kesulitan yang dihadapi keluarganya pada saat-saat kritis.
Bayi itu sudah menderita demam saat ibunya membawa ke rumah sakit dan saudara perempuan bayi itu menjalani tes PCR pada Kamis (14/4) pagi, namun pihak rumah sakit meminta mereka pulang ke rumah untuk menunggu hasil tes.
Pada sore harinya, ayah dan ibu bayi itu melihat ada sesuatu yang tidak beres.
Oleh karena kemungkinan anak laki-laki mereka mengidap COVID-19, mereka mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan Taiwan dengan tidak langsung membawa bayinya ke rumah sakit.
Mereka menghubungi Pusat Kesehatan Umum Distrik Zhonghe mulai pukul 16.30. Setelah itu mereka diminta untuk mengisi formulir secara daring, sebagaimana penuturan sang ayah kepada media lokal.
Baca juga: Taiwan alami lonjakan COVID, 70 karyawan pabrik di Taoyuan positif
Oleh karena tidak segera mendapatkan pertolongan dari pusat kesehatan tersebut, mereka lalu menghubungi hotline 1922.
Dalam situasi yang sangat sulit itu, kondisi bayi tersebut sudah memburuk.
"Anak saya berubah dari aktif dan sadar menjadi tidak aktif. Butuh lebih dari dua jam baginya untuk dikirim ke rumah sakit. Bukankah itu menunjukkan penundaan selama proses?" kata sang ayah dikutip kantor berita resmi Taiwan itu.
Menanggapi hal tersebut, Menkes Chen mengatakan bahwa Pusat Komando Epidemi Pusat (CECC) akan bertemu dengan dokter anak pada hari Rabu (20/4) untuk membahas pedoman rujukan anak-anak ke rumah sakit dan gejala potensial COVID-19.
Chen juga menyatakan bahwa Badan Makanan dan Obat-Obatan Taiwan (FDA) telah mengizinkan penggunaan vaksin Moderna untuk anak-anak berusia enam hingga 11 tahun.
Selama 2022 di Taiwan dilaporkan terdapat enam kasus kematian akibat COVID-19.
Baca juga: Kasus COVID-19 melonjak, Taiwan pesan 700.000 pil antivirus Pfizer
Baca juga: KJRI Shanghai terapkan WFH, pelayanan kekonsuleran terhenti
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022