• Beranda
  • Berita
  • Dolar naik ke puncak 2 dekade atas yen, BOJ pertahankan bunga rendah

Dolar naik ke puncak 2 dekade atas yen, BOJ pertahankan bunga rendah

20 April 2022 10:40 WIB
Dolar naik ke puncak 2 dekade atas yen, BOJ pertahankan bunga rendah
Ilustrasi - Uang kertas Dolar AS dan Yen Jepang. ANTARA/Shutterstock/pri.
Dolar naik ke level tertinggi baru dua dekade terhadap yen pada Rabu pagi, didukung oleh lebih banyak pejabat Federal Reserve (Fed) yang mendorong kenaikan suku bunga cukup besar, sementara Bank Sentral Jepang (BOJ) melangkah ke pasar lagi untuk mempertahankan kebijakan suku bunga yang sangat rendah.

Greenback mencapai 129,43 yen untuk pertama kalinya sejak April 2002 sebelum terakhir diperdagangkan 0,3 persen lebih tinggi pada 129,295.

Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari, di antara anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang lebih dovish, mengatakan pada Selasa (19/4/2022) bahwa jika gangguan rantai pasokan global terus berlanjut, pembuat kebijakan perlu mengambil tindakan yang lebih agresif untuk menurunkan inflasi.

Sebelumnya Presiden The Fed Chicago Charles Evans, yang bukan pemilih pada FOMC tahun ini, mengatakan dia "nyaman" dengan putaran kenaikan suku bunga tahun ini yang mencakup dua kenaikan 50 basis poin, menandai peningkatan dari hanya sebulan yang lalu..

Imbal hasil obligasi pemerintah AS didorong lebih tinggi, dan melanjutkan kenaikannya di perdagangan Tokyo, dengan imbal hasil 10-tahun menyentuh 2,981 persen untuk pertama kalinya sejak Desember 2018.

Baca juga: China secara tak terduga tahan suku bunga acuan pinjaman tak berubah

Berbeda dengan The Fed, BOJ kembali menawarkan untuk membeli obligasi pemerintah Jepang dalam jumlah tidak terbatas pada Rabu untuk mengendalikan kenaikan imbal hasil obligasi Jepang 10-tahun, yang bertentangan dengan batas toleransi 0,25 persen.

Divergensi kebijakan telah menyebabkan banyak analis mengatakan penurunan cepat yen tidak dapat dibenarkan, bahkan ketika hal itu meningkatkan risiko untuk intervensi mata uang.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki membuat peringatan paling eksplisit pada Selasa (19/4/2022), mengatakan kerusakan ekonomi dari melemahnya mata uang saat ini lebih besar daripada manfaat dari itu.

"Di tengah kenaikan berkelanjutan dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS, tindakan jelas berbicara lebih keras daripada kata-kata," dengan komentar Suzuki "sehingga terus diabaikan," Kepala Strategi Valuta Asing National Australia Bank, Ray Attrill, menulis dalam catatan klien.

Baca juga: Saham Asia goyah karena penguncian China, yen terus merosot vs dolar

"Pembicaraan The Fed yang akan datang tidak mengurangi aksi jual obligasi yang sedang berlangsung."

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama termasuk yen, sedikit lebih tinggi ke 101,01, bertahan di atas garis 101 dan sebelumnya menyamai tertinggi Selasa (19/4/2022) di 101,03, level yang tidak terlihat sejak Maret 2020.

Greenback menyentuh 0,95305 franc untuk pertama kalinya sejak Juni 2020 sebelum berpindah tangan 0,06 persen lebih kuat pada 0,95275.

Euro diperdagangkan datar di 1,0788 dolar, tidak jauh dari level terendah minggu lalu di 1,0758 dolar, terlemah dalam sekitar dua tahun.

Di tempat lain, China secara mengejutkan mempertahankan suku bunga acuan pinjaman untuk perusahaan dan rumah tangga stabil pada Rabu, bertentangan dengan tren global pengetatan moneter karena ekonomi utama memerangi inflasi.

Yuan China mencapai level terlemahnya sejak Oktober 2021 di 6,4115 terhadap dolar.

Baca juga: Rupiah melemah, dibayangi ekspektasi kenaikan bunga bank sentral AS

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022