• Beranda
  • Berita
  • Pakar: Strategi PPKM perlu digeser karena antibodi sudah tinggi

Pakar: Strategi PPKM perlu digeser karena antibodi sudah tinggi

20 April 2022 16:49 WIB
Pakar: Strategi PPKM perlu digeser karena antibodi sudah tinggi
Tangkapan layar Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia  Pandu Riono dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Rabu (20/4/2022). ANTARA/Andi Firdaus

kita harus geser strategi, fokus pada kekebalan penduduk

Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan perlu ada pergeseran strategi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menyusul hasil survei antibodi masyarakat terhadap COVID-19 yang saat ini relatif tinggi.

"Apakah PPKM skala prioritas?, saya kira sudah bergeser sekarang. PPKM banyak indikator penilaian yang dilihat seperti peningkatan kasus, hospitalisasi, kematian dan sebagainya. Dengan penurunan kasus yang konsisten, PPKM jadi tidak optimal, lagi," kata Pandu Riono dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Rabu.

Pandu mengatakan hasil serosurvei antibodi masyarakat di 21 kota/kabupaten Pulau Jawa-Bali dilaporkan mempunyai antibodi SARS CoV-2 sebesar 99,2 persen.

"Ada peningkatan proporsi penduduk di wilayah asal dan tujuan mudik Jawa-Bali yang mempunyai antibodi SARS CoV-2 sebesar 6.2 persen dan ada peningkatan kadar antibodi SARS CoV-2 dari median 434.2 U/ml menjadi 5.698 U/ml," katanya.

Baca juga: Epidemiolog: Peningkatan antibodi tak jamin lonjakan kasus tak terjadi
Baca juga: KSP: Risiko lonjakan kasus akibat mudik bisa diredam

Menurut Pandu, perbandingan hasil serosurvei pada periode Desember 2021 dengan Maret 2022 itu menunjukkan imunitas penduduk di wilayah setempat yang tinggi dapat mengurangi risiko hospitalisasi dan kematian.

"Kita harus geser strategi, fokus pada kekebalan penduduk dengan ikhtiar vaksinasi lengkap dan booster. Juni ini harus sudah capai target dosis kedua dan akhir tahun lebih tinggi lagi mendekati 90 persen populasi. Booster harus terus meningkat dan kita perlu tetap pertahankan protokol kesehatan," katanya.

Pandu mengatakan antibodi yang tinggi dalam level komunitas maupun populasi, bukan berarti meninggalkan kepatuhan pada protokol kesehatan yang berlaku.

"Bukan berarti lepas masker, yang ada malah peningkatan kasus lagi. Lonjakan kasus di China karena vaksinasi lansia tidak sebaik di Indonesia. Kita konsisten terus pada lansia," katanya.

Baca juga: Antibodi masyarakat naik jadi 99,2 persen jelang Lebaran
Baca juga: Spesialis paru: Vaksinasi penguat bantu tingkatkan antibodi

Pandu mengatakan imunitas penduduk adalah modal dasar menghadapi virus, meskipun berbagai mutasi virus yang terjadi di dunia belum seluruhnya bisa pastikan.

"Kalau semua penduduk dunia memiliki kekebalan, maka evolusi virus jadi lebih lama frekuensinya dan aktivitas masyarakat berjalan lebih lama," katanya.

Dalam acara yang sama Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan Kemenkes bersama pakar terus mengintensifkan komunikasi dalam menggagas masukan bagi kebijakan pemerintah dalam pengendalian pandemi.

"PPKM memuat indikator-indikator sebagai masukan kepada Pemda untuk merespons pengendalian pandemi. Kita lihat, cakupan vaksinasi masih menjadi indikator yang kita sasar dalam PPKM ini," katanya.

Baca juga: Reisa: Penularan COVID-19 saat mudik tetap ada meski antibodi tinggi

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022