• Beranda
  • Berita
  • Dolar capai tertinggi 2 tahun, ditopang prospek bunga Fed yang agresif

Dolar capai tertinggi 2 tahun, ditopang prospek bunga Fed yang agresif

23 April 2022 04:12 WIB
Dolar capai tertinggi 2 tahun, ditopang prospek bunga Fed yang agresif
Ilustrasi - Uang dolar Amerika dan euro. ANTARA/REUTERS/aa.

Mereka mungkin tidak merasa pengetatan yang berlebihan karena bahkan setelah kenaikan ini diberlakukan, kebijakan masih akan longgar, masih akomodatif

Dolar melonjak ke level tertinggi lebih dari dua tahun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), saat terus mendapat sokongan dari komentar Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell pada Kamis (21/4/2022) yang tampaknya mendukung pengetatan setengah poin persentase pada pertemuan kebijakan bulan depan, serta sambutannya tentang kemungkinan kenaikan suku bunga berturut-turut tahun ini.

Indeks dolar, ukuran nilai greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, mencapai 101,33, tertinggi sejak Maret 2020. Terakhir naik 0,6 persen pada 101,16, persentase kenaikan harian terbesar sejak pertengahan Maret. Sejauh tahun ini, indeks dolar telah naik 5,7 persen.

"Fundamental makro masih mengarah ke dolar yang lebih tinggi karena imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek vs jatuh tempo yang sebanding pada imbal hasil obligasi pemerintah adalah positif dan inflasi tinggi secara global," kata Ahli Strategi Pendapatan Tetap Evercore ISI, Stan Shipley, di New York.

"Penggerak makro ini bekerja dengan baik sampai dolar mencapai tingkat di mana pertumbuhan ekonomi terganggu secara signifikan dan kelayakan kredit utang pemerintah AS meragukan," tambahnya.

Powell pada Kamis (21/4/2022) mengatakan kenaikan suku bunga setengah poin "akan berada di atas meja" ketika bank sentral AS bertemu pada 3-4 Mei.

Dana Fed berjangka sudah mulai memperkirakan kenaikan 50 basis poin ketiga pada Juli, setelah kenaikan yang sama pada Mei dan Juni, dan hampir 250 basis poin kenaikan kumulatif pada tahun 2022.

Baca juga: Dolar menguat setelah Powell dukung kenaikan suku bunga yang besar

"Bahkan jika Fed melakukan back-to-back-to-back 50 basis poin kenaikan, itu masih pada tingkat yang paling bawah atau di bawah netral," kata Kepala Americas Developed Markets Strategy  BNP Paribas, Calvin Tse, di New York.

"Mereka mungkin tidak merasa pengetatan yang berlebihan karena bahkan setelah kenaikan ini diberlakukan, kebijakan masih akan longgar, masih akomodatif."

Di seberang Atlantik, euro turun 0,4 persen menjadi 1,0792 dolar, setelah pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) mengirimkan sinyal kebijakan yang beragam.

Presiden ECB Christine Lagarde memberikan nada dovish pada Kamis (21/4/2022) dengan mengatakan bank sentral mungkin perlu memangkas prospek pertumbuhannya sehari setelah pejabat ECB Luis de Guindos bergabung dengan beberapa pembuat kebijakan dalam menyerukan diakhirinya lebih awal skema pembelian aset bank ditambah dengan kenaikan suku bunga pada Juli.

Investor juga menunggu pemilihan Presiden Prancis putaran kedua pada Minggu (24/4/2022) antara petahana Emmanuel Macron dan penantang sayap kanan Marine Le Pen, dengan jajak pendapat terbaru menunjukkan Macron menang dengan 55 persen suara.

Baca juga: Dolar naik ke puncak 2 dekade atas yen, BOJ pertahankan bunga rendah

Kemenangan Le Pen dapat memicu ketegangan dengan sekutu Eropa dan membebani euro, kata para analis.

Sterling jatuh terhadap dolar ke level terendah sejak November 2020 setelah data penjualan dan komentar bank sentral Inggris mengisyaratkan kemungkinan perlambatan di jalur kenaikan suku bunga.

Pound turun 1,5 persen terhadap dolar menjadi 1,2832 dolar, setelah mencapai 1,2830 dolar, terendah sejak Oktober 2020.

Terhadap yen, dolar naik 0,2 persen menjadi 128,55 yen. Yen masih dalam jarak mencolok dari level terlemahnya sejak April 2002 di 129,43 yen per dolar yang dicapai pada Rabu (20/4/2022).

Sejak awal tahun, yen telah kehilangan lebih dari 10 persen nilainya terhadap dolar yang bangkit kembali. Pelemahan yen telah menaikkan biaya harga impor seperti komoditas, yang masih dihargai dalam dolar.

Pedagang secara keseluruhan tetap waspada terhadap intervensi dari pejabat moneter Jepang untuk memperkuat yen.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menggambarkan penurunan yen baru-baru ini sebagai "tajam" dan mengatakan dia setuju dengan Menteri Keuangan AS Janet Yellen untuk berkomunikasi secara dekat tentang pergerakan mata uang.

Baca juga: BI: Modal asing keluar capai 1,8 miliar dolar pada triwulan I

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022