• Beranda
  • Berita
  • T20: Investasi infrastruktur digital masih diperlukan untuk negara G20

T20: Investasi infrastruktur digital masih diperlukan untuk negara G20

26 April 2022 12:06 WIB
T20: Investasi infrastruktur digital masih diperlukan untuk negara G20
Tangkapan layar Lead Co-Chair T20 Indonesia Bambang Brodjonegoro dalam sebuah webinar, Selasa (26/4/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)

Khususnya investasi pada jaringan pita lebar berkecepatan tinggi yang sangat penting untuk mendukung ekonomi digital G20 yang inovatif dan inklusif

Lead Co-Chair T20 Indonesia Bambang Brodjonegoro mengatakan investasi lebih lanjut dalam infrastruktur digital masih diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi digital, terutama bagi negara-negara anggota G20.

"Khususnya investasi pada jaringan pita lebar berkecepatan tinggi yang sangat penting untuk mendukung ekonomi digital G20 yang inovatif dan inklusif," kata Bambang Brodjonegoro dalam webinar Smarter World Innovation Challenge, di Jakarta, Selasa.

Untuk bertransformasi secara digital, kekurangan infrastruktur dasar seperti listrik, internet, dan jaringan pita lebar berkecepatan tinggi cenderung masih menjadi tantangan utama di Indonesia.

Selain itu, hambatan lain berupa letak geografis, administrasi, dan ketidakpastian peraturan.

"Transformasi digital perlu disertai dengan pedoman dan peraturan agar transformasi dapat meningkatkan keamanan, meningkatkan efisiensi, dan mengatasi tantangan sosial dan organisasi yang muncul," imbuh Bambang.

Baca juga: Transformasi digital harus bermanfaat bagi masyarakat

Transformasi digital di Indonesia juga menghadapi tantangan karena belum sepenuhnya inklusif atau menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Di samping itu dari sisi pemerintah, ia memandang masih banyak yang mempertahankan teknologi yang ketinggalan zaman atau belum di-update sehingga menyulitkan perusahaan yang ingin mengintegrasikan seluruh sistem usahanya dengan teknologi baru.

"Ancaman terhadap keamanan dunia maya juga meningkat ketika kita terus menggunakan sistem lama atau teknologi yang sudah ketinggalan zaman," katanya.

Selain itu kurangnya pembaruan teknologi membuat sistem digital lebih rentan terhadap serangan dunia maya dan berpotensi membuat Indonesia kehilangan bakat baru yang muncul di pasar tenaga kerja digital.

"Budaya tempat kerja yang saat ini cenderung stagnan menjadi penghambat transformasi digital," kata Bambang Brodjonegoro.

Baca juga: G20 diharapkan dorong kolaborasi untuk digitalisasi UMKM

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022