Wall Street melemah tajam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan Nasdaq anjlok hampir empat persen ditutup pada level terendah sejak Desember 2020 karena investor khawatir tentang perlambatan pertumbuhan global dan Federal Reserve (Fed) yang lebih agresif.Perolehan laba (emiten) secara luas cukup bagus. Tapi itu tidak terlalu penting untuk keseluruhan cerita saham. Ini terutama tentang Fed dan bank sentral lainnya, dan sekarang China dan COVID
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 809,28 poin atau 2,38 persen, menjadi menetap di 33.240,18 poin. Indeks S&P 500 terpangkas 120,92 poin atau 2,81 persen, menjadi berakhir di 4.175,20 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpuruk 514,11 poin atau 3,95 persen, menjadi ditutup di 12.490,74 poin.
Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumen non-primer dan teknologi masing-masing merosot 4,99 persen dan 3,71 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor energi menguat 0,05 persen, satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan.
Tesla terperosok 12 persen setelah investor khawatir bahwa Kepala Eksekutif Elon Musk mungkin menjual sebagian sahamnya di pembuat mobil listrik itu untuk membantu membayar kesepakatan senilai 44 miliar dolar AS untuk membeli Twitter, diumumkan pada Senin (25/4/2022).
Tesla berkontribusi lebih banyak daripada saham lainnya pada S&P 500 dan penurunan tajam Nasdaq.
Itu adalah penurunan satu hari tertajam untuk Nasdaq sejak September 2020. Indeks teknologi-berat sekarang telah turun 22 persen dari rekor penutupan tertinggi November lalu.
Indeks konsumen non-primer S&P 500 yang kehilangan 4,99 persen dan berada di antara yang terburuk dari 11 indeks sektor, ditarik lebih rendah oleh Tesla, dan juga oleh penurunan 4,6 persen di Amazon.
Indeks energi S&P 500 adalah satu-satunya sektor yang naik, karena harga minyak rebound menyusul laporan bahwa pasokan gas Rusia ke Polandia akan dihentikan Rabu, sebuah perkembangan yang dipandang sebagai eskalasi ketegangan antara Rusia dan Barat atas Ukraina.
Saham-saham pertumbuhan yang sebelumnya diminati telah terpukul dalam beberapa pekan terakhir karena investor resah tentang dampak suku bunga yang lebih tinggi pada pendapatan masa depan mereka.
COVID-19 di China menyebabkan penguncian dan poros agresif oleh bank-bank sentral utama untuk memerangi inflasi telah membayangi apa yang telah menjadi musim laporan keuangan kuartalan perusahaan yang lebih baik dari perkiraan sejauh ini.
Baca juga: Dolar dekati tertinggi 2 tahun di tengah pasar khawatir COVID China
Alphabet Inc dan Microsoft Corp keduanya jatuh hampir 4,0 persen menjelang hasil mereka setelah bel penutupan. Sekitar sepertiga dari perusahaan S&P 500 akan melaporkan hasil keuangan mereka minggu ini.
Alphabet tergelincir 6,5 persen lagi dalam perdagangan yang diperpanjang setelah laporan kuartalannya mengecewakan investor.
Apple, perusahaan paling berharga di Wall Street, jatuh 3,7 persen di sesi Selasa (26/4/2022) menjelang laporannya pada Kamis (28/4/2022).
"Perolehan laba (emiten) secara luas cukup bagus. Tapi itu tidak terlalu penting untuk keseluruhan cerita saham. Ini terutama tentang Fed dan bank sentral lainnya, dan sekarang China dan COVID," kata Ahli Strategi Investasi Baird, Ross Mayfield, di Louisville, Kentucky.
"Saya pikir dengan di mana pasar saat ini, dalam fase penjualan dan ketakutan yang tidak pandang bulu ini, saya pikir Anda memiliki lebih banyak potensi risiko penurunan daripada kejutan kenaikan," kata Mayfield.
Dari 134 perusahaan di S&P 500 yang melaporkan pendapatan sejauh ini, 80,6 persen melampaui ekspektasi laba analis, menurut data Refinitiv. Dalam kuartal biasa, 66 persen mengalahkan perkiraan.
Baca juga: Harga minyak berbalik naik setelah anjlok, pasar pantau ekonomi China
General Electric Co anjlok lebih dari 10 persen setelah memperkirakan laba setahun penuh di bawah perkiraan sebelumnya.
United Parcel Service Inc turun 3,5 persen meskipun melaporkan kenaikan laba yang disesuaikan secara triwulanan, sementara operator rumah sakit AS Universal Health Services Inc merosot hampir 9,0 persen setelah pendapatannya meleset dari perkiraan.
Sementara itu, data menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun tipis pada April, meskipun rumah tangga berencana untuk membeli mobil dan banyak peralatan, yang akan membantu menopang belanja konsumen pada kuartal kedua.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 12,3 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 12,6 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.
Baca juga: IHSG ditutup menguat, ditopang solidnya laporan keuangan emiten 2022
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022