Prakiraan dari pemroses pembayaran terbesar di dunia itu mengikuti kuartal optimis yang didorong oleh rebound dalam belanja konsumen karena pelonggaran pembatasan pandemi dan penurunan kasus COVID-19 mendorong lebih banyak orang secara global untuk bepergian dan berbelanja.
Namun inflasi yang tidak terkendali, kenaikan suku bunga, dan invasi Rusia ke Ukraina, mengaburkan prospek pertumbuhan global tahun ini.
Visa yang pada Maret menangguhkan operasinya di Rusia, memperingatkan sekitar 4,0 persen pukulan terhadap pendapatannya tahun ini dari konflik Ukraina, perusahaan global terbaru yang menandai dampak dari krisis.
Baca juga: Visa dan Mastercard blokir lembaga keuangan Rusia setelah sanksi Barat
Namun raksasa pembayaran itu mengatakan saat ini tidak melihat dampak material apa pun pada perjalanan lintas batas di bagian lain Eropa sebagai akibat dari konflik tersebut.
Volume lintas batas melonjak 38 persen selama kuartal kedua, dengan total volume pembayaran naik 17 persen.
Perusahaan melaporkan laba bersih sebesar 3,6 miliar dolar AS atau 1,70 dolar AS per saham, di atas perkiraan rata-rata analis sebesar 1,65 dolar AS per saham, menurut data IBES dari Refinitiv.
Namun biaya operasional Visa melonjak 11 persen menjadi 2,4 miliar dolar AS karena menghabiskan lebih banyak untuk kompensasi karyawan dan pemasaran.
Saingannya American Express juga telah melaporkan rebound kuat dalam pembelanjaan minggu lalu, sementara saingan terdekat Mastercard Inc - yang sahamnya naik 3,0 persen setelah bel - akan melaporkan kinerja keuangannya pada Rabu.
Baca juga: Dolar terus menguat, yen bangkit di tengah kekhawatiran ekonomi China
Baca juga: Wall Street anjlok, Nasdaq jatuh hampir 4 persen terendah sejak 2020
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022