Tarmuji (40) salah satu porter di Stasiun Gambir menyebutkan kebijakan larangan mudik Lebaran saat pandemi COVID-19 menyebabkan pendapatan porter menurun hingga 50 persen.
"Dua tahun lalu kebanyakan nganggur karena sepi enggak ada penumpang, kalau sekarang lumayan," kata Tarmuji saat ditemui di Stasiun Gambir, Kamis.
Baca juga: Belum ada penumpang gawat darurat yang dirujuk dari Stasiun Gambir
Tarmuji enggan menyebutkan secara detail berapa pendapatan yang mereka terima selama mudik Lebaran 2022, namun pendapatan satu hari cukup untuk membiayai makan empat jiwa per hari.
Ia menyebutkan porter di Stasiun Gambar merupakan pekerja yang menawarkan jasa pembawa atau pengangkut barang. Mereka dibayar sukarela oleh calon penumpang kereta api dengan tarif minimal Rp10 ribu sekali membawa barang.
Rohmin (39), porter lain menyebutkan bahwa di Stasiun Gambir terdapat 230 porter yang bertugas. Mereka terbagi atas dua kelompok, satu kelompok beranggotakan 115 orang. Dalam sebulan, setiap porter bekerja selama 15 har, dengan jam kerja mulai dari pukul 05.00 WIB sampai dengan 22.30 WIB.
Baca juga: KAI operasikan kereta tambahan akomodir penumpang Stasiun Gambir
Baca juga: Layanan vaksinasi COVID-19 tetap tersedia di Stasiun Senen & Gambir
"Di sini ada 2 grup, satu grup ada 115 orang. Jadi total porter di Stasiun Gambir itu ada 230 orang, bekerja 1x24 jam, masing-masing bekerja 15 hari dalam sebulan," kata Rohim.
Rohim yang sudah 11 tahun bekerja sebagai porter di Stasiun Gambir menyebutkan meski dibayar secara sukarela, banyak porter yang mampu menyekolahkan anaknya hingga sukses. Beberapa porter memiliki anak yang bekerja sebagai TNI, polisi bahkan perawat.
"Seperti Pak Tarmuji ini anaknya perawat loh," kata Rohim yang juga Wakil Ketua Pengurus Porter Stasiun Gambir.
Selain bisa untuk membiaya anak sekolah, beberapa porter memiliki usaha sampingan di kampung halamannya, seperti beternak kambing atau berkebun.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022