Menggerus hepatitis misterius

14 Mei 2022 10:02 WIB
Menggerus hepatitis misterius
Arsip foto - Sejumlah warga antre untuk memeriksakan kesehatan di salah satu rumah sakit di Jakarta, Selasa (15/2/2022). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna.

Adapun sebaran 14 kasus diduga hepatitis akut itu yakni di Jakarta Pusat sebanyak tiga kasus, Jakarta Utara (5), Jakarta Barat (1), Jakarta Timur (2)

Masyarakat baru saja merasakan pelonggaran pembatasan aktivitas menyusul kian terkendalinya kasus COVID-19, namun kini muncul penyakit hepatitis yang belum diketahui asal-usulnya.

Kemunculan penyakit hepatitis misterius itu tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga dilaporkan di sejumlah negara.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan hepatitis akut itu terjadi di 12 negara dengan jumlah laporan mencapai 169 kasus pada 21 April 2022.

WHO kemudian menyebut hepatitis akut itu sebagai wabah penyakit yang menyerang anak-anak yakni dari bayi usia satu bulan hingga di bawah 16 tahun.

DKI Jakarta pun menjadi titik fokus karena ada tiga anak meninggal dunia diduga mengidap hepatitis akut.

Ketiga anak tersebut sempat dirujuk dari rumah sakit daerah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur untuk mendapatkan perawatan medis lanjutan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Ketiganya meninggal dalam kurun waktu yang berbeda pada rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebutkan total ada 14 kasus yang masih kategori diduga terjangkit hepatitis akut di Ibu Kota, termasuk tiga orang anak yang meninggal berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI per Jumat (13/5).

Adapun sebaran 14 kasus diduga hepatitis akut itu yakni di Jakarta Pusat sebanyak tiga kasus, Jakarta Utara (5), Jakarta Barat (1), Jakarta Timur (2).

Baca juga: Kemenkes ajak masyarakat cegah hepatitis akut lewat pola hidup sehat

Sisanya, sebanyak satu orang berada di luar DKI Jakarta namun memiliki kartu identitas Jakarta dan dua kasus lainnya dalam proses verifikasi.

Sedangkan tujuh kasus lain di luar 14 kasus itu diidap oleh orang berusia di atas 16 tahun sehingga tidak masuk kategori yang ditetapkan WHO yakni hepatitis akut yang menyerang anak di bawah usia 16 tahun.

Tak hanya itu, Riza juga menyebutkan ada 24 kasus dengan gejala hepatitis, sehingga belum terkonfirmasi hepatitis akut misterius.
 
Dokter Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memberikan sosialisasi tentang penyakit hepatitis akut di Mangga Dua Selatan, Jumat (13/5/2022). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/pras.


Percepat intervensi

Pemerintah kembali meminta masyarakat untuk tidak lupa menerapkan protokol kesehatan (prokes) karena salah satu penularan hepatitis itu dapat melalui oral atau saluran pencernaan.

Khusus di Ibu Kota, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan bersama Kementerian Kesehatan melakukan pendalaman terhadap hepatitis akut misterius baik kriteria klinis maupun epidemiologi.

Kementerian Kesehatan menyebutkan penelitian terhadap hepatitis akut itu dilakukan melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.

Baca juga: IDI: Butuh banyak syarat sebut hepatitis akut jadi pandemi

Upaya itu untuk mengetahui penyebab dan menyimpulkan pola penyakit diduga hepatitis yang belum diketahui penyebabnya selain dengan jenis hepatitis lain mulai dari A hingga E.

Selain penelitian, Dinas Kesehatan DKI juga memperkuat kewaspadaan dini meski pemantauan atau pengawasan terhadap 17 penyakit menular termasuk hepatitis sudah dilakukan sejak 2002 yang dilaporkan setiap rumah sakit atau fasilitas kesehatan.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti mengatakan temuan penyakit menular termasuk hepatitis yang diterima fasilitas kesehatan akan menjadi bahan investigasi untuk menentukan langkah pengamanan.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi untuk penyusunan pedoman dan panduan bagi petugas medis di lapangan.

Pihaknya juga sudah menyosialisasikan kewaspadaan dini kepada kepala rumah sakit dan puskesmas di DKI termasuk tata kelola sesuai standar sementara.

Hidup bersih

Di sisi lain, Dinas Kesehatan DKI meminta masyarakat untuk tidak perlu panik soal kemunculan kasus hepatitis akut asalkan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah penyakit itu.

"Tidak perlu panik tapi selalu PHBS, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, usai BAB (Buang Air Besar) dan saat mau makan," kata Widyastuti.

Tak hanya itu, masyarakat juga harus menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari potensi penyakit.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan secara nasional, jumlah pasien yang meninggal diduga akibat hepatitis akut dilaporkan menjadi lima orang termasuk tiga di DKI Jakarta.

Baca juga: IDI: Segera pergi ke RS bila anak tunjukkan gejala hepatitis akut

Selain di DKI Jakarta, laporan kasus meninggal diduga hepatitis akut berasal dari Jawa Timur dan Sumatera Barat.

Nadia mengungkapkan gejala yang ditemukan pada para pasien diduga mengidap hepatitis akut adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.

Jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, hingga penurunan kesadaran untuk segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Arsip foto - Sejumlah pelajar mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di salah satu sekolah dasar di Jakarta Selatan, Selasa (22/3/2022). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

​​​​​​

Pengawasan ketat

Mengingat hepatitis akut yang menyerang anak-anak sebagai kelompok rentan, maka pengawasan harus lebih ketat terutama untuk kegiatan yang melibatkan anak berusia di bawah 16 tahun misalnya pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Anggota DPRD DKI Idris Ahmad meminta agar PTM yang saat ini berlaku dengan kapasitas 100 persen di Jakarta diawasi dengan ketat karena munculnya kasus dugaan penyakit hepatitis akut.

"Kasus hepatitis akut ini bertambah setiap harinya, kami harus siaga mencegah penularan di sekolah-sekolah yang mengadakan PTM 100 persen," kata Idris.

Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu berharap ada surat edaran kepada kepala sekolah yang berisi langkah-langkah pencegahan dan melakukan evaluasi soal PTM 100 persen.

Baca juga: Warga Jaktim diimbau waspadai ancaman hepatitis akut

Selain itu, pengawasan di ruang-ruang publik seperti tempat bermain, mal, penitipan anak dan tempat lain yang berpotensi ada penularan juga penting dilakukan.

Menyikapi hal itu, Pemprov DKI Jakarta masih mengkaji PTM terbatas dilakukan daring mengantisipasi kasus penyakit hepatitis akut.

Pemprov DKI juga masih menunggu kebijakan Pemerintah Pusat soal kelangsungan PTM di tengah kasus penyakit hepatitis akut.

Sebagai gambaran, di DKI Jakarta terdapat lebih dari 10.429 sekolah atau satuan pendidikan di Jakarta yang melaksanakan PTM terbatas.

Sementara itu, wakil rakyat lainnya yakni Wibi Andrino meminta Pemprov DKI berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk memantau kondisi pasien di seluruh fasilitas kesehatan di DKI yang mengarah gejala hepatitis akut.

Ia mendesak Pemprov DKI bergerak cepat dalam mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus misterius itu.

Ketua Fraksi Partai NasDem DPRD DKI itu juga meminta Dinkes DKI untuk sosialisasi masif terkait beredarnya penyakit tersebut dengan melibatkan pengurus di tingkat wilayah, seperti RT/RW, maupun kader PKK.

Sembari menantikan hasil penelitian untuk mengetahui penyebab hepatitis akut misterius itu, ada baiknya menerapkan perilaku hidup bersih yang pangkalnya untuk menjaga kesehatan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diharapkan menjadi salah satu solusi mencegah penularan penyakit tersebut.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2022