Jadi dari komposisi sampah yang masuk ke Bantar Gebang, itu 60 persen dari permukiman,
Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Agung Pujo Winarko menyebutkan sebanyak 60 persen sampah yang ada di Bantar Gebang, Bekasi berasal dari permukiman warga Jakarta.
“Kalau melihat komposisi sampah di Jakarta, memang yang terbanyak adalah sampah organik. Jadi dari komposisi sampah yang masuk ke Bantar Gebang, itu 60 persen dari permukiman,” kata Agung saat ditemui ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Agung membeberkan dari jumlah 60 persen sampah yang berasal dari permukiman warga itu, 53 persen di antaranya merupakan sampah organik yakni sisa sayur atau buah, ranting dan daun.
Sementara sisanya adalah sampah non-organik seperti kaleng dan plastik dan sedikit B3 (bahan berbahaya beracun) seperti deterjen pakaian.
“Tapi kalau dari jenis dari sumber sampahnya, pertama itu dari permukiman, kedua perkantoran kemudian fasilitas-fasilitas umum,” ujar dia.
Akibatnya, sebanyak 7.500 sampai 8.000 ton sampah per harinya memenuhi Bantar Gebang. Dengan tingginya jumlah sampah tersebut, Agung menekankan isu terkait sampah harus menjadi prioritas semua masyarakat, khususnya terkait mikroplastik yang semakin hari membahayakan kondisi laut Indonesia.
Prioritas tersebut juga harus dipahami hingga lapisan masyarakat terbawah yakni rukun RT/RW dan keluarga. Sayangnya, tingginya tumpukan sampah itu disebabkan oleh masih sulitnya warga memahami pentingnya memilah sampah sesuai jenisnya bahkan di tingkat keluarga.
Padahal menurutnya, beberapa jenis sampah seperti sampah plastik memiliki nilai jual yang dapat menambah penghasilan warga, bila diolah dengan benar maka secara langsung berpartisipasi menekan jumlah sampah yang masuk ke sekitar kali maupun laut.
Gua menjaga DKI Jakarta bebas dari sampah plastik, dirinya berharap, setiap keluarga bisa lebih meningkatkan kepedulian terhadap pemilahan sampah.
Masyarakat juga dapat berpartisipasi membentuk organisasi peduli sampah ataupun ikut mendirikan banyak bank sampah bersama pemerintah agar setiap jenis sampah dapat dikelola dengan baik, sesuai dengan jenisnya dan tata kelola masing-masing.
“Padahal kalau saja, kita bisa diolah seperti di bank sampah kenapa tidak? Dengan adanya pengurangan sampah plastik, kita bisa mengurangi sampah masuk ke kali atau laut,” ujar dia.
Baca juga: DLH: 8.000 ton sampah penuhi Bantar Gebang per hari
Baca juga: DKI kelola sampah dengan manfaatkan teknologi digital
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022