• Beranda
  • Berita
  • HNSI Cilacap: 636 ABK tidak bekerja akibat kebakaran kapal nelayan

HNSI Cilacap: 636 ABK tidak bekerja akibat kebakaran kapal nelayan

16 Mei 2022 16:57 WIB
HNSI Cilacap: 636 ABK tidak bekerja akibat kebakaran kapal nelayan
Bangkai kapal yang terbakar di Dermaga Batre, Cilacap. ANTARA/HO-HNSI CIlacap
Kurang lebih sebanyak 636 anak buah kapal (ABK) dan nakhoda tidak dapat bekerja akibat musibah kebakaran yang menimpa puluhan kapal nelayan pada 3 Mei 2022, kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono.

"Total kapal nelayan yang terbakar sebanyak 53 unit ditambah satu buah kapal 'tugboat' milik Pelindo. Kalau dari setiap kapal itu nelayan ada 12 ABK termasuk nakhoda, berarti ada 636 orang yang saat sekarang tidak bekerja," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Senin.

Padahal, kata dia, wilayah Samudra Hindia selatan Indonesia saat sekarang telah memasuki musim angin timuran, sehingga berbagai jenis ikan mulai bermunculan.

"Tapi yang namanya musibah, mau bagaimana lagi," katanya.

Dia mengaku bersyukur karena saat berkunjung ke Cilacap pada tanggal 11 Mei 2022, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memberikan informasi jika pinjaman lunak yang dapat dimanfaatkan pemilik kapal yang terkena musibah untuk membangun kembali kapalnya.

Menurut dia, pinjaman lunak tersebut dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Badan Layanan Umum (BLU) Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).

"Pinjaman lunak dari KKP itu supaya bisa membantu, yang pertama adalah pemulihan ekonomi dari nelayan, biar jangan lumpuh total seperti ini," katanya.

Sarjono mengakui jika satu orang tidak menutup kemungkinan memiliki lebih dari satu unit kapal dan seluruhnya turut terbakar dalam musibah tersebut.

Dalam hal ini, Ketua HNSI Cilacap tersebut mencontohkan jumlah kapal yang dia kelola sebanyak empat unit, dua di antaranya milik pribadi, sedangkan dua unit lainnya merupakan kapal kerja sama dengan nelayan Pangandaran, Jawa Barat.

"Pinjaman lunak tersebut dapat digunakan untuk pembangunan kapal dan biasanya untuk membangun satu kapal butuh waktu enam bulan," katanya.

Ia mengharapkan pengembalian pinjaman lunak tersebut dapat diangsur paling tidak setelah kapal yang baru dibangun itu melaut selama dua bulan, sehingga telah ada penghasilan.

Kendati demikian, dia mengaku belum menerima informasi lebih lanjut mengenai kapan pemilik kapal yang terbakar dapat mengakses pinjaman lunak tersebut.

"Nanti setelah selesai evakuasi bangkai kapal, saya akan coba komunikasikan dengan KKP. Saat ini, kami masih fokus terhadap evakuasi bangkai kapal," katanya.

Menurut dia, HNSI dan kelompok sukarelawan nelayan kewalahan dalam proses evakuasi bangkai kapal yang terbakar karena tidak adanya bantuan dari berbagai pihak.

"Saya heran kalau ada banjir atau bencana lainnya di darat, hampir semua aparatnya turun untuk menangani hingga selesai, tapi di sini enggak ada (hanya saat kejadian kebakaran, red.). Ada apa kalau kayak begini," kata Sarjono.

Kebakaran puluhan kapal nelayan tersebut pertama kali terjadi pada salah satu kapal yang sedang bersandar di Dermaga Batre pada hari Selasa (3/5), pukul 17.10 WIB, yang diawali dengan ledakan dari kapal tersebut.

Tidak lama kemudian, kobaran api merambat ke kapal-kapal lain yang sedang bersandar di Dermaga Batre. Bahkan, kebakaran meluas hingga Dermaga Wijayapura (tempat penyeberangan khusus menuju lembaga pemasyarakatan di Pulau Nusakambangan, red.) yang letaknya berdekatan dengan Dermaga Batere.

Akibat kejadian tersebut, seorang ABK mengalami luka bakar hingga 25 persen khususnya di wajah, leher, lengan bawah sebelah kanan dan kiri, serta punggung tungkai kanan dan kiri, sehingga harus menjalani perawatan di RSUD Cilacap.

Korban atas nama Yatiman (44), warga Jalan Logawa Nomor 45 RT 02 RW 03, Kelurahan Donan, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, diketahui terkena ledakan mesin saat bekerja di atas kapal.

Berdasarkan pendataan yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan, jumlah kapal pencari ikan yang terbakar mencapai 54 unit termasuk sebuah kapal tunda (tugboat) milik PT Pelindo III (Persero), dengan total kerugian akibat kebakaran mencapai Rp162 miliar. 

Baca juga: Menteri Trenggono siapkan bantuan pembiayaan bagi korban kebakaran kapal di Cilacap
Baca juga: Sejumlah kapal di Dermaga Batere Cilacap terbakar
Baca juga: HNSI ajak nelayan Cilacap ikuti program jaminan sosial
Baca juga: HNSI: SLCN BMKG dirasakan manfaatnya oleh nelayan Cilacap

 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022