Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan reinfeksi pada pasien sembuh hepatitis akut memungkinkan terjadi bila kembali terjadi kontak dengan sumber penularan.Tapi memang ada pertanyaan apakah bisa kena lagi (hepatitis akut)? Bisa kalau ketemu lagi sumber penularannya, jadi reinfeksi bisa terjadi pada COVID-19 maupun hepatitis ini
"Tapi memang ada pertanyaan apakah bisa kena lagi (hepatitis akut)? Bisa kalau ketemu lagi sumber penularannya, jadi reinfeksi bisa terjadi pada COVID-19 maupun hepatitis ini," katanya saat menyampaikan keterangan pers di Gedung Kemenkes di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan dugaan kasus hepatitis akut hingga Selasa (17/5) di Indonesia menjadi 14 kasus. Terdiri atas satu kasus probable dan 13 kasus "pending classification". Dari jumlah itu, kata dia, seluruhnya negatif COVID-19
"Ada empat yang sembuh, memang secara klinis tidak ada keluhan lagi, secara laboratorium normal dan tidak menular lagi," katanya.
Hingga saat ini satu pasien dirawat di Jawa Timur, dua pasien di DKI Jakarta, satu pasien di Jambi. "Kalau masih dirawat berarti tidak bisa pulang karena hasil laboratorium belum oke. Bisa jadi yang pending ini hasilnya nanti beda," katanya.
Umumnya gejala pasien ditandai dengan perubahan warna kulit di sekitar mata dan badan yang kuning. "Memang bilirubin meningkat, tapi penyebabnya beda, seperti bayi baru lahir, atau ada juga karena obat-obatan," katanya.
Syahril yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Jakarta mengatakan sebelumnya tujuh pasien probable di Indonesia meninggal dunia diduga akibat terpapar hepatitis akut bergejala berat pada anak di bawah umur 16 tahun yang belum diketahui penyebabnya.
Rinciannya, empat kasus kematian anak terjadi di DKI Jakarta, satu kasus kematian dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, satu kasus kematian di Solok, Sumatera Barat dan satu kasus kematian anak di Kalimantan Timur.
Kasus meninggal seluruhnya tiba di rumah sakit dalam kondisi darurat hingga akhirnya dinyatakan meninggal. "Ada tujuh kasus meninggal, sebelumnya mereka datang dalam keadaan berat. Rata-rata sudah kejang dan menurun kesadarannya hingga menyebabkan meninggal," katanya.
Ia menambahkan hingga saat ini para ahli di 27 negara belum menyepakati penyebab dari hepatitis akut bergejala berat pada anak. Sementara Indonesia hingga kini masih menunggu definisi konfirmasi hepatitis misterius itu dari para pakar.
"Ahli-ahli di dunia kita tunggu. Di Indonesia kita ikutin pola di luar negeri. Kita sudah siapkan di laboratorium nasional," demikian Mohammad Syahril.
Baca juga: Kemenkes: Dugaan hepatitis akut di Indonesia bertambah 14 kasus
Baca juga: RSCM sebut tata laksana transplantasi hepatitis akut sangat rumit
Baca juga: Kemenkes: 9 kasus hepatitis akut RI masuk kriteria "pending" WHO
Baca juga: RSPI: Pasien hepatitis akut terbuka kemungkinan transplantasi hati
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022