Dikutip dari siaran pers Clubhouse pada Senin, salah satu masakan khas Idul Fitri di Kazakhstan adalah sup daging kuda yang dimakan dengan roti. Hidangan ini selalu menjadi masakan favorit di Kazakhstan.
Lebih lanjut, ada juga minuman yang terbuat dari fermentasi susu kuda bernama khumis. Di Kazakhstan juga belum mengenal santan, sehingga para koki Indonesia di Kazakhstan menggunakan kacang tanah yang dicampur dengan air dan bumbu lainnya hingga rasa dan teksturnya mirip dengan santan.
Baca juga: Buka puasa dengan hidangan Betawi yang sudah langka di Cikini
Dubes RI untuk Kazakhstan juga berbagi pengalaman menjalankan ibadah puasa dan merayakan Idul Fitri bersama istrinya di Nur-Sultan, Ibu Kota Kazakhstan, melalui aplikasi Clubhouse.
Fadjroel bercerita bahwa masyarakat Kazakhstan bisa berpuasa hingga 17 jam sehari, atau bahkan hingga 19,5 jam jika Ramadhan terjadi di musim panas, yang dimana ini lebih lama dari periode puasa 12 jam di Indonesia.
Selain itu, Dubes Fadjroel juga hanya menggelar acara Idul Fitri secara virtual bersama keluarga, teman dan kolega, serta warga negara Indonesia yang merayakan Idul Fitri di Kazakhstan.
Namun, jika ada orang Indonesia yang ingin berkunjung ke kantornya untuk bersilaturahmi, ia mengatakan tetap menerima kunjungan.
Fakta lain, meskipun 70 persen penduduk di Kazakhstan adalah Muslim, ada pemisahan yang jelas antara urusan agama dan urusan negara, sehingga pemerintah tidak mengeluarkan pengumuman resmi untuk Ramadhan dan tidak ada hari libur resmi untuk Idul Fitri, serta takbir tidak dilakukan seperti yang sering terdengar di jalanan di Indonesia, namun hanya di masjid-masjid tanpa pengeras suara.
Baca juga: Ketika Sotong Pangkong-Lemang hanya hadir di bulan Ramadhan
Baca juga: Semarak ragam Festival Ramadhan Tanah Air
Baca juga: Resep Es Campur Panacotta, minuman segar untuk berbuka puasa
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022